Sejak Indonesia bagian barat terbagi menjadi beberapa pulau karena naiknya permukaan air laut akibat mencairnya es di kedua Kutub, banyak diantara spesies ikan air tawar terisolasi di suatu wilayah sehingga memiliki penyebaran yang terbatas. Keberadaan ikan air tawar tersebut telah lama dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber protein hewani, namun sebagian dari mereka kurang peduli terhadap kondisi masing-masing spesies. Selama masih berwujud ikan, masyarakat cenderung akan mengambilnya tanpa mempedulikan status konservasinya. Sebagai contoh ikan Papar atau Belida Jawa (Notopterus notopterus) telah lama dilindungi oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1999 namun praktik penangkapannya sampai saat ini masih terus terjadi.
Pada bulan Mei 2019 tim peneliti dari Universitas Airlangga Surabaya bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang telah menemukan lokasi baru habitat ikan Mangut, ikan air tawar endemik Jawa di Wonosobo, Jawa Tengah. Hasil penelitian ini telah dimuat di UNAIR News beberapa waktu lalu. Pada bulan Juni 2019 tim peneliti melakukan penelitian lanjutan dan menemukan habitat baru ikan tersebut di Kabupaten Semarang, tepatnya di Sungai Tuntang. Fakta itu menunjukkan bahwa keberadaan spesies ikan langka ini juga terdapat di daerah yang sebelumnya tidak terduga. Berdasarkan IUCN Redlist, ikan Mangut dengan nama latin Lobocheilos falcifer terdaftar sebagai spesies Vulnera ble (VU), artinya keberadaannya sudah sulit dijumpai karena populasinya yang semakin sedikit.
Ikan Mangut merupakan spesies yang secara biogeografi tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Jawa Barat. Khusus di Jawa Barat pernah tercatat di Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung, Sungai Citarum dan Waduk Wadaslintang Jawa tengah. Namun pada penelitian terbaru menunjukkan ikan ini juga tersebar sampai ke Jawa Tengah tepatnya di Sungai Tuntang Kabupaten Semarang. Penemuan tersebut adalah catatan pertama dari spesies ini di luar habitat aslinya (Jawa Barat), dan merupakan perluasan ke arah timur dari distribusi sebelumnya dengan lokasi yang terpisah sekitar 100 km. Apakah ikan Mangut juga tersebar sampai ke perairan di Jawa Timur, sampai saat ini peneliti belum menemukannya sehingga pencarian bisa terus diupayakan.
Menurut informasi masyarakat lokal yang terletak di sepanjang aliran sungai yang telah disebutkan diatas, ikan Mangut adalah jenis yang paling susah ditemukan. Ikan tersebut hanya berada di lokasi berair jernih dan bebas pencemaran. Indikasi bahwa spesies ini tidak tahan pada perubahan lingkungan yang ekstrim sehingga keberadaannya di alam sangat terbatas.
Hal yang tidak diingikan dikemudian hari adalah ikan Mangut benar-benar hilang dari habitatnya sebelum semua orang menyadarinya. Seperti pada kasus ikan Leat (Lobocheilos lehat). Ikan tersebut masih satu genus dengan ikan Mangut namun pakar ikan air tawar menduga telah lama punah, karena sejak pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-19 di Jawa Barat, ikan belum ditemukan kembali sampai sekarang di wilayah manapun termasuk diluar Jawa.
Beberapa penelitian tentang ikan air tawar di Indonesia yang terkadang terbatas hanya pada satu aliran sungai sehingga membuka kesempatan bagi peneliti lain untuk mengeksplorasi aliran sungai yang berbeda. Tantangan kedepan tidak hanya fokus pada kajian biogeografinya, namun perlu juga dilakukan upaya domestikasi atau penangkaran. Hal ini menuntut para pakar Biologi Ikan untuk melakukan kolaborasi riset. Tujuannya adalah agar ikan Mangut bisa berkembang biak di lingkungan buatan sehingga anakan yang dihasilkan bisa untuk restocking di alam.
Penulis: Veryl Hasan
Detail tulisan ini dapat dilihat di:
Hasan, V., Soemarno, Widodo, M. S., Wiadnya, D. G. R. (2019b) Lobocheilos falcifer (Valenciennes, 1842) (Cyrpiniformes, Cyprinidae): distribution extension inJava and first record from Tuntang River, SemarangRegency, Indonesia. Ecology, Environemnet and Conservation, 25(4): 1713–1715.