UNAIR NEWS – Awal tahun 2020 Universitas Airlangga (UNAIR) terus bergerak cepat meningkatkan program internasionalisasi. Salah satunya adalah dengan terus memelihara jalinan kerja sama dengan universitas mitra dari luar negeri dan menambah mitra baru. Dari kerja sama tersebut, UNAIR dapat memperoleh berbagai manfaat.
Kegiatan yang
juga menjadi primadona adalah menghadirkan tenaga pengajar asing dalam berbagai
skema. Di antara skema tersebut adalah adjunct professor/faculty danvissiting fellow.
Fakultas Sains dan Teknologi (FST) merupakan satu dari 14 fakultas di UNAIR yang tiga tahun berturut-turut menyabet predikat sebagai fakultas dengan kinerja terbaik. Tahun 2020 ini, FST UNAIR mengundang sebanyak enam profesor kelas dunia sebagai adjunct professor.
Keenam Adjunct Professor tersebut adalah Prof. Dr. Harith Bin Ahmad dari University of Malaya (UM); Prof. Dr. Muhammad Iqbal Choudhary Direktur ICCBS (International Centre for Chemical and Biological Sciences) University of Karachi, Pakistan; Prof. Dr. Norhaslinda dari Universiti Teknologi Mara (UTM) Malaysia; Prof. Dr. Ahmad Fauzi Ismail dari Universiti Teknologi Mara (UTM) Malaysia; Prof. Norsarahaida Saidina Amin dari UTM Malaysia; dan Prof Rue dari Taiwan. Kehadiran keenam adjunct professor diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas riset, publikasi, dan sitasi bagi FST.
“Pada prinsipnya adjunct professor ini lebih diutamakan untuk peningkatan riset dan publikasi. Kita ingin meningkatkan juga sitasi karena ini orang-orang hebat yang publikasi dan sitasinya sangat luar biasa,” ujar Dr. Nanik Siti Aminah Wakil Dekan III FST UNAIR saat ditemui di Ruang Sidang Fakultas pada Senin, (20/1/20).
Selain mendampingi riset dan publikasi, lanjut Nanik, adjunct professor juga memberi kuliah tamu, sehingga mahasiswa memiliki kesempatan belajar langsung dari profesor kelas dunia. Nanik menambahkan, syarat minimal untuk menjadi adjunct professor harus memiliki h-index minimal 10. Dengan demikian,dapat semaksimal mungkin membantu FST dan UNAIR pada umumnya dalam rangka program internasionalisasi. (*)
Penulis : Asthesia Dhea Cantika
Editor : Binti Q. Masruroh