Hasil Laboratorium Darah Lengkap Bantu Diagnosis Sindroma Koroner Akut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh hellosehat.com

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu pembunuh utama di dunia, termasuk di Indonesia. Penyebab utama PJK adalah penyempitan pembuluh darah koroner oleh aterosklerosis atau plak lemak. Plak dengan kandungan lemak yang tinggi dengan jaringan ikat yang rendah sangat rentan mengalami aterotrombosis atau penyumbatan akibat gumpalan darah. Penyumbatan pembuluh darah koroner ini dikenal dengan sindroma koroner akut (SKA).

SKA merupakan kondisi yang berbahaya karena mampu menyebabkan kematian hingga tujuh kali lebih tinggi dari PJK yang stabil, sehingga diagnosis dini dari SKA sangat penting. Diagnosis SKA dapat ditegakan dengan bantuan elektrokardiogram (EKG) dan hasil marka jantung. Sayangnya, keberadaan alat EKG dan pendeteksi marka jantung sangat terbatas pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, sehingga diagnosis SKA cukup menyulitkan. Hal ini berbeda dengan pemeriksaan laboratorium darah lengkap yang cukup umum pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa respon inflamasi bersama darah memiliki peran penting pada proses aterosklerosis dan komplikasinya. Sel darah putih dan platelet berperan pada inisiasi awal pembentukan aterosklerosis, sekresi sitokin, sekresi spesies oksigen reaktif, dan kematian sel jantung. Pada pasien SKA, terjadi respon inflamasi dan komponen darah yang akut dan hebat, sehingga mengaktifkan sel pro-inflamasi seperti sel neutrofil dan platelet. Respon komponen darah ini diharapkan mampu dideteksi melalui pemeriksaan darah lengkap.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil laboratorium darah lengkap pasien SKA dan PJK stabil, serta menentukan kemampuan prediktif hasil laboratorium darah untuk membantu diagnosis SKA. Penelitian ini menganalisis data dari 191 rekam medis yang terdiri dari 79 pasien SKA dan 112 pasien PJK stabil di RSUD. Dr. Soetomo, Surabaya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pasien PJK didominasi oleh pria dan berumur dbawah enam puluh tahun. Hasil analisis laboratorium darah lengkap menunjukan bahwa ketiga komponen darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan platelet berbeda signifikan pada pasien SKA. Mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC), white blood cells (WBC), dan persentase sel neutrofil lebih tinggi, sedangkan persentase sel limfosit dan mean platelet volume (MPV) lebih rendah pada kelompok SKA. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan kombinasi komponen darah seperti neutrophil to lymphocyte ratio (NLR) dan platelet to lymphocyte ratio (PLR). Hasilnya juga menunjukan NLR dan PLR lebih tinggi pada kelompok SKA.

Analisa lebih lanjut mengenai kemampuan hasil laboratorium darah lengkap dalam membedakan kelompok SKA dengan PJK stabil menunjukan bahwa MCHC, PLR, WBC, NLR, dan MPV mampu membantu diagnosis SKA. Selain itu, WBC, NLR, dan MPV memiliki kemampuan yang tinggi untuk membantu diagnosis SKA. Nilai sensitivitas untuk WBC, NLR, dan MPV masing-masing adalah 81.0%, 81.0%, dan 93.6%, sedangkan spesifisitasnya adalah 80.4%, 85.7%. dan 97.3%. 

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil laboratorium darah lengkap mampu membantu diagnosis SKA. Peneliti berharap, penelitian ini mampu menjadi dasar penelitian yang lebih besar untuk mengkonfirmasi kemampuan hasil laboratorium darah lengkap dalam membantu diagnosis SKA, sehingga pasien SKA mendapatkan perawatan yang tepat dan mengurangi kematian akibat keterlambatan diagnosis.

Penulis: Dr. Yudi Her Oktaviono Sp.JP(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.id-press.eu/mjms/article/view/oamjms.2019.666

Luke K, Purwanto B, Herawati L, Al-Farabi MJ, Oktaviono YH. Predictive Value of Hematologic Indices in the Diagnosis of Acute Coronary Syndrome. Open Access Maced J Med Sci. 2019 Aug 15; 7(15):2428-2433. https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.666

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).