Pakar Politik UNAIR Sebut Perang Dunia Tiga Tidak Akan Terjadi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Kasus terbunuhnya Jenderal Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat meninggalkan beberapa catatan buruk. Secara politik, Donald Trump selaku Presiden AS yang akan maju Pilpres 2020 telah mencederai negaranya sendiri.

Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman, S. IP., M. Si., Ph.D., memberikan tanggapannya. Menurutnya, langkah Trump untuk memperoleh dukungan politik dari warganya dengan membunuh Jenderal Qassem tidak akan berjalan mulus dan kemungkinan gagal.

“Desakan masyarakat AS menolak atas tindakan Trump cukup kuat di AS,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan kondisi AS dengan arus besar gerakan akar rumput melawan tendensi rasisne dan pemerintahan oligarkis Trump sangat kuat terutama dari pendukung Bernie Sanders. Langkah Trump justru mendorong pembelahan sosial dengan konsolidasi politik antara kaum bigot dan rasis melawan  rakyat AS yang menolak kepemimpinan Trump.

Langkah Trump berpotensi membawa Amerika ke jurang konflik sosial. Rasisme, bigotry, dan suara-suara islamophobia pendukung Trump akan berhadapan dengan kekuatan sosial yang sudah menjadi permasalahan lama di AS..

“Sepertinya eskalasi konflik justru akan menguat di AS itu sendiri,” ujarnya.

Ia menganggap rakyat AS harus bertanggung jawab bagi perdamaian dunia dan ketentraman di negerinya. Hal itu dapat dilakukan dengan tidak memilih Trump kembali dalam Pemilu 2020 apabila tidak ingin bencana secara global dan kehancuran di negerinya semakin dekat.

Ditanyai tentang perang dunia ke-3, Airlangga menganalisis kekuatan AS saat ini sudah tidak mumpuni. Kekuatan secara legitimasi dari masyarakatnya sendiri dan sekutu belum mampu membuat wacana Perang Dunia ke-3. Dengan faktor tersebut, Perang Dunia ke-3 tidak akan terjadi.

Tidak hanya itu, belajar dari invasi AS ke Irak pada 2003  biaya yang dikeluarkan untuk berperang dengan Saddam Hussein menurut perhitungan Joseph Stiglitz adalah sekitar tiga Trilyun US Dollar. Dari analisis ekonomi tersebut memperlihatkan akibat perang tersebut AS mengalami krisis ekonomi yang berpuncak pada krisis Subpreme Mortgage 2008.

Airlangga mengungkapkan Iran adalah kekuatan politik yang tidak kecil. perannya menjaga kawasan Timur Tengah, menyelamatkan Irak dan Syria dari jurang kehancuran, dan jebakan failed state sangat berpengaruh besar.

Iran yang memberikan dukungan  moral dan material kepada Palestina, serta kemitraan hubungan baik dengan Rusia justru akan membangkitkan dukungan dari negara-negara tersebut bersama negara-negara aliansi mereka untuk membantu Iran. justru kemungkinan yang terjadi adalah mirip perang Vietnam jilid dua.(*)

Penulis: Aditya Novrian

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).