Cegah Stunting di Desa Sumberkencono, 9 Mahasiswa KKN-BBM Tematik Lakukan Sosialisasi ASI Eksklusif dan MP-ASI

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Permasalahan gizi kronis yang dapat mengakibatkan gagal tumbuh atau kondisi anak lebih pendek dari anak normal seusianya (stunting) menjadi salah satu masalah kesehatan yang krusial dan perlu dipecahkan.  Kekurangan gizi tersebut dapat terjadi sejak janin berada di dalam kandungan sampai awal kehidupan anak 1.000 hari pertama kelahiran.

Bertolak dari permasalahan tersebut, sembilan mahasiswa yang tergolong dalam kelompok Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBM) ke-61 Universitas Airlangga (UNAIR) di Desa Sumberkencono, Wongsorejo, Banyuwangi melakukan sosialisasi tentang ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Posyandu Sukun, Desa Sumberkencono. Kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis (09/01/2020) itu diikuti oleh 20 ibu-ibu anggota posyandu setempat.

Rufaidah Fikriya, mahasiswi keperawatan UNAIR sebagai pemateri menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mencegah gizi buruk yang berisiko stunting dapat dilakukan dengan pemenuhan gizi cukup sejak bayi dalam kandungan hingga masa pertumbuhan, terutama pada usia emas antara 6 bulan sampai usia 2 tahun. Rufa, sapaan akrabnya memaparkan bahwa makanan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Menurutnya, ASI mengandung zat gizi lengkap yang mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu fungsi ginjal bayi yang masih  lemah.

“Pemberian makanan atau minuman selain ASI sebelum 6 bulan dapat mengurangi produksi ASI, meningkatkan risiko infeksi, alergi, dan mengurangi ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi,” terangnya.

Lebih lanjut, Rufa juga menjelaskan bahwa balita usia 6 bulan keatas membutuhkan asupan tambahan gizi selain ASI atau yang biasa disebut MP-ASI. Pemberian MP-ASI dilakukan untuk pemenuhan nutrisi seimbang dan membatu proses pertumbuhan balita.

Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa KKN-BBM UNAIR tidak hanya melakukan sosialisasi ASI dan MPASI saja, namun mereka juga ikut turun tangan membantu menimbang berat badan balita setempat. Hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa balita di Desa Sumberkencono memiliki berat badan dan tinggi yang sesuai dengan umsianya.

Kader Posyandu Sukun, Fitri, mengaku senang dengan adanya kegiatan sosialisasi semacam itu. Dia menuturkan bahwa sosialisasi seperti itu jarang diadakan di Posyandu Sukun, sehingga kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan bagi ibu balita yang awalnya sedikit menyepelekan ASI eksklusif dan MP-ASI sekarang memahami betapa pentingnya kedua hal itu untuk pemenuhan gizi balita.

“Alhamdulillah berkat sosialisasi ini, ibu-ibu balita yang terkadang tidak datang nimbang jadi kompak untuk melakukan timbangan,” pungkasnya.

Penulis: Nikmatus Sholikhah

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).