Efek Kemoterapi Mengganggu Kesuburan Pria

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh dokter sehat

Kanker merupakan penyakit penyumbang angka kematian paling tinggi di dunia. Data dari International Agency for Research on Cancer (IARC) yang dirilis WHO, kejadian kanker pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru. Di Indonesia sendiri, jumlah pengidap kanker di tanah air menurut Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan (Riskesdas) dari tahun 2013 hingga 2018 prevalensi kanker meningkat dari 1,4 permil menjadi 1,8 permil. Dengan terus meningkatnya angka prevalensi kanker tersebut, para peneliti terus mengembangkan ilmu dan teknologinya untuk melawan penyakit kanker.

Sejauh ini pengobatan kanker dilakukan melalui operasi, radioterapi atau terapi radiasi dan atau kemoterapi. Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an dan biasa diberikan sebelum atau sesudah operasi. Namun, ada beberapa efek dari kemoterapi yang dilakukan seperti mual, muntah, rambut rontok, lemas, dan penelitian terbaru memberikan informasi bahwa efek kemoterapi dalam dosis tinggi juga bisa mengganggu kesuburan pada pria. Efek kemoterapi yang mengganggu kesuburan pria disebut dengan Azoospermia.

Azoospermia tersebut timbul karena obat-obatan kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker tetapi juga menyerang sel-sel sehat termasuk sel sperma pada pria. Azoospermia merupakan kondisi dimana sel sperma tidak dapat ditemukan di dalam cairan mani, sehingga air mani akan terllihat encer dan pembuahan tidak dapat dilakukan. Hal ini merupakan keluhan yang sangat umum dikeluhkan oleh para survival penderita kanker pada usia muda dan menjadi bahan penelitian selama berpuluh-puluh tahun. Obat kemoterapi dapat menyerang sel dalam testis sehingga menyebabkan terhambat / terhentinya produksi hormon testosteron dan sel sperma. Terapi kanker juga dapat merusak saraf dan pembuluh darah di daerah pelvis, sehingga menyulitkan pria untuk ereksi.

Kanker pada umumnya menyebabkan gangguan kesuburan hanya untuk sementara waktu dan kesuburan pria bisa kembali lagi setelah pulih dari kanker, namun beberapa jenis kanker (kanker penyakit Hodgkin, limfoma atau leukemia) dan metode penanganan kanker tertentu berisiko menyebabkan gangguan kesuburan bahkan infertilitas yang permanen. Namun walaupun kemoterapi berpotensi  mengganggu kesuburan pada pria, para survival kanker tidak perlu khawatir karena dengan perkembangan ilmu dan teknologi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mempertahankan kesuburan pria pasien kanker untuk memperoleh keturunan.

Upaya mempertahankan kesuburan pria survival kanker dapat dilakukan dengan cara melakukan penggunaan perisai anti radiasi ketika menjalani terapi yang berdekatan dengan organ reproduksi. Selain itu juga dapat melakukan penyimpanan sperma atau disebut juga dengan bank sperma. bank sperma merupakan metode pengambilan dan penyimpanan sampel sperma sehat sebagai “investasi” untuk program memperoleh keturunan dikemudian hari pada pasien kanker. Dengan semakin berkembangnya teknologi, program bayi tabung intracytoplasmic sperm injection (IVF-ICSI) juga dapat dilakukan untuk solusi terhadap pasien kanker yang mengalami gangguan kesuburan. Dan masih banyak solusi – solusi lain yang masih dikembangkan oleh peneliti untuk mempertahankan kesuburan survival kanker.

Penulis: Anna Zukiaturrahmah (Mahasiswi Pasca Sarjana Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Program Studi Ilmu Biologi Reproduksi).

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).