Impor Daging 2020, Yes or No?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: halodoc

Target ketersediaan daging di indonesia ditahun 2026 adalah mampu mencukupi untuk komoditi dalam negeri bahkan mampu mengekspor. Apakah ini bisa tercapai? Mari kita melihat kondisi saat ini dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat distribusi perdagangan komoditas daging sapi Indonesia Tahun 2018 adalah 34,11%. Artinya, rata-rata kenaikan harga daging sapi dari produsen ke konsumen akhir di Indonesia menyentuh kisaran tersebut.

Jika dikonversi menjadi daging jumlah tersebut setara dengan 403.349 ton atau 60,8%   dari total kebutuhan daging 265,01 juta jiwa penduduk Indonesia yang mencapai 662.541 ton. Tahun ini kontribusi daging sapi lokal dipatok tumbuh tipis 0,3% menjadi 404.590 ton.

Di sisi lain, konsumsi dipatok tumbuh 3,58% seiring pertambahan jumlah penduduk dan tingkat konsumsi per kapita per tahun. Ketidakseimbangan laju produksi dan konsumsi ini tentu membuat pemerintah tetap memilih impor daging untuk menjamin pasokan pangan. Melihat tingakt kebutuhan daging yang cukup tinggi saat ini rasanya keberhasilan program swasembada ini masih belum  bisa  mencapai  target  di 2026 dimana indikator swasembada itu adalah mampu mencukupi kebutuhan domestik  minimal  90%.  Padahal program swasembada ini dana yang digelontorkan pemerintah tidak sedikit termasuk salah satunya impor sapi yang saat ini dilakukan.

Program pemerintah yang menggiatkan kembali peternak dengan  membenahi  sektor  peternakan dari Hulu ke Hilir dengan program pembibitan yang diimpor dari luar yang di  sebar  dinilai  tidak  merata  karena hanya mencapai daerah-daerah yang sudah  maju  dan  mempunyai  sumber daya manusia yang terampil sedangkan daerah daerfah terpencil masih belum dapat mencapai target. Sementara dana yang dikeluarkan terus menerus mengalir.

Hal ini seharusnya dipikirkan oleh pemerintah, dana yang cukup besar dengan target yang harus tercapai hendaknya dibuat program tersentralisasi saja dengan konsep yang sudah modern. Dibuat pusat pengembangan pembibitan di masing masing pulau sehingga dana yang dikeluarkan tidak terbuang percuma. Dengan harapan pembibitan pun bisa diawasi, terget bisa tercapai dan impor daging mapun bibit indukan mulai dikurangi.

Dipenghujung 2019 ini semoga pemerintah bisa mengkaji ulang tentang program target pencapaian swasembada yang sejak 1990 terjadi penurunan terus-menerus produksi dan pasokan sapi lokal hingga 70% sampai di 2014 tak pernah terealisasi, dan tinggal sekadar target. Harapan yang besar dengan melalui kedaulatan pangan, sebagai  wujud  dari  kemandirian ekonomi dengan salah satunya ketersediaan daging bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. (*)

Penulis : Endang Arianti

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).