Hewan Ternak Ruminansia sebagai Sumber Penyebaran Bakteri yang Kebal Antibiotik di Sampang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Hewan Ternak Ruminansia. (Sumber: pixabay)

Sampang adalah salah satu kabupaten yang berada di Madura Provinsi Jawa Timur. Luas Kabupaten Sampang sekitar 1.233,08 km2 dan terletak di antara Kabupaten Bangkalan dan Pamekasan. Sampang memiliki 14 kecamatan, 6 kelurahan dan 180 desa dengan populasi 844.872 jiwa. Menurut Antara Jatim, (2017) Sampang memiliki 213.869 ekor sapi dan 46,994 kambing yang terus meningkat setiap tahunnya. Salah satunya adalah sapi Madura.

Penyakit-penyakit yang terjadi pada sapi di Kabupaten Sampang berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sampang Tahun 2018 adalah : BEF (Bovine Ephemeral Fever) atau demam tiga hari, radang sendi, cacingan, radang paru-paru, kembung, dan diare. Diare adalah kasus yang sering terjadi di Kabupaten Sampang.

Menurut OIE, kejadian diare pada hewan memamah biak dapat terjadi di berbagai negara. Kejadian ini merata di Indonesia tercatat mulai tahun 2008. Kasus ini dapat disebabkan oleh banyak faktor misalnya bakteri, virus dan parasit.

Penanganan kasus diare yang biasa dilakukan adalah dengan pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik yang kurang tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Hal ini menyebabkan penanganan diare yang tidak kunjung sembuh. Diare yang diakibatkan oleh bakteri Extended Spectrum Beta-Laktamae (ESBL) mempunyai resistesi tinggi terhadap antibiotik. Beberapa jenis bakteri yang dapat menghasilkan betalaktamase adalah E. coli, Salmonella sp. dan Klebsiella sp.

Bakteri ESBL memiliki mekanisme pertahanan dengan memproduksi enzyme spesifik, seperti beta-laktamase untuk memecah cincin beta-laktam dari antibiotik. Ketika cincin ini dibuka melalui hidrolisa oleh enzim sifat antimikroba dari antibiotik akan menghilang dan menyebabkan resistensi terhadap antibiotik. Resistesi antibiotik menyebabkan peningkatan morbiditas, mortalitas dan biaya tambahan untuk mengobati infeksi ini terutama yang disebabkan oleh bakteri ESBL.

Gen pembentuk enzim ESBL diketahui setelah penemuan extended spectrum cephalosporin dan dikenalkan pertama kali di Eropa pada tahun 1980an. Gen pembentuk ESBL dapat ditemukan pada isolat E.coli di berbagai Negara. Selain itu, ESBL merupakan bentuk mutan TEM-1, TEM-2, dan SHV-1. Seringkali gen pembentuk ESBL berubah dari bentuk asli hanya dengan mengubah 1 atau beberapa sekuen asam amino. Enzim ESBL ini telah tersebar pada berbagai organisme.

Enzim-enzim tersebut tidak hanya dapat menghidrolisis penisilin, namun juga antibiotik terbaru, yaitu golongan ke 3 sefalosporin dan monobaktam. E. coli penghasil ESBL dapat ditemukan di manusia, hewan ternak, dan satwa liar, dalam jaringan saluran pencernaan, serta jaringan urin yang terinfeksi

Kerugian yang terjadi akibat diare yang tidak tertangani pada hewan antara lain kematian, penurunan produksi ternak, abortus, kematian neonatal dan pengaktifan bahan makanan yang tercemar bakteri. Diare dapat mempengaruhi semua jenis hewan, hewan muda dan bunting dan yang berpotensi adalah hewan yang sedang menyusui.

Penulis : Aman Yanuar Isrofa (Mahasiswa Program Studi Ilmu Penyakit Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).