Pengaruh Pasokan Obat Terhadap Kepatuhan dan Biaya dari Perspektif Pasien

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia dengan penderita usia di atas 18 tahun sebanyak 25,8%. Di Surabaya (2015), jumlah pasien yang mengunjungi pusat perawatan kesehatan primer dan mengidap hipertensi adalah 16,78%.

Hipertensi dapat dikendalikan melalui pengobatan yang sesuai, baik terapi farmakologis maupun non-farmakologis. Terapi farmakologis adalah pengobatan antihipertensi yang bersifat jangka panjang, namun berakibat pada ketidakpatuhan pasien. Ketidakpatuhan ini akan memiliki dampak negatif berupa kegagalan pengobatan, komplikasi yang memperburuk kondisi, peningkatan insiden penyakit, serta melonjaknya biaya kesehatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 7.981 pasien dengan hipertensi di bawah usia 65 tahun, ditemukan hasil terkait rendahnya kepatuhan masyarakat dalam menjalani penanganan medis. Sehingga biaya obat dan risiko rawat inap yang dikeluarkan akan lebih besar di kemudian hari. Salah satu hal yang memengaruhi kepatuhan penderita dalam menjalani pengobatan adalah kebijakan institusi ketika memberikan penanganan.

Menurut pengajar Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga, Mufarrihah, S.Si., M.Sc., Apt., pemberian jumlah obat hipertensi yang tidak teratur bisa menyebabkan kondisi pasien semakin parah. Sebab, hipertensi merupakan penyakit kronis. Pasien harus mengonsumsi obat selama satu bulan. Tetapi, sebagian puskesmas justru memberikan pasokan obat dengan jumlah kurang dari satu bulan. Hal ini tentu merugikan para pasien.

“Ada puskesmas yang memberikan obat hanya untuk dikonsumsi tiga hari, lima hari, sepuluh hari macam-macam. Harusnya kan memberikan obat untuk satu bulan. Kalau begini, pasien jadi harus sering ke puskesmas. Persoalan ini yang kemudian menjadi latar belakang saya bersama tim untuk meneliti pengaruh pasokan obat terhadap kepatuhan dan biaya dari perspektif pasien,” terang pengajar di Departemen Farmasi Komunitas itu.

Guna menemukan hasil penelitian, Mufarrihah bersama timnya melakukan hitungan terhadap biaya dari perspektif pasien serta tingkat kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat. Dari penelitian tersebut, ditemukan pengaruh antara pasokan obat terhadap kepatuhan dan biaya dari perspektif pasien. Pasien yang diberi obat selama satu bulan menunjukkan kepatuhan yang lebih baik serta beban biaya yang dikeluarkan lebih rendah.

“Nantinya, penelitian mengenai pengaruh pasokan obat terhadap kepatuhan dan biaya dari pasien dapat digunakan sebagai input atau masukan ke pihak puskesmas agar memberikan pelayanan yang lebih efektif juga efisien kepada masyarakat,” tutupnya. (*)

Penulis : Nabila Amelia

Editor    : Khefti Al Mawalia

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3/article/view/1274/854

Catur Dian Setiawan, Nurul Wathaniah, Atikah Rahmaniah, Primanda Ayu Maharani, Azzahroh Sifa’ Lailiyah Mahmudah, Mufarrihah, Gusti Noorrizka Veronika Achmad (2017).

The Influence of Medication Days Supply on Adherence and Cost of Hypertensive Patients at Primary Health Care Centre. Indonesia Journals Pharmacy, 28(4):213-220.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).