Dosen IIP Sebut Akses Perpustakaan Digital untuk Pengguna Disabilitas Masih Minim

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Pada perpustakaan umum di beberapa kota di Indonesia, website menjadi sarana untuk berinteraksi dengan pemustaka. Beberapa perpustakaan juga menambahkan menu perpustakaan digital sebagai salah satu bentuk layanan. Sebagai lembaga penyedia jasa layanan informasi, perpustakaan dituntut mampu menyediakan ketersediaan akses informasi yang memadai bagi setiap pemustaka. Namun, sudahkah perpustakaan memperhatikan akses layanan digital bagi pemustaka disabilitas?

Dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fitri Mutia., A.KS.,M.Si menyebutkan bahwa untuk kondisi di Indonesia, keberadaan perpustakaan digital masih berada pada posisi hybrid library. Hybrid library atau perpustakaan campuran merupakan perpustakaan yang memadukan konsep koleksi digital dan koleksi cetak. Sehingga banyak perpustakaan yang belum menerapkan konsep digital library khusus untuk pemustaka disabilitas.

“Bentuk perpustakaan digital belum sepenuhnya berjalan, maka tidak hanya pemustaka disabilitas yang belum dapat mengakses perpustakaan tersebut, namun bagi pemustaka umum juga belum mudah,” terangnya.

Terdapat sejumlah aturan atau pedoman yang perlu diikuti oleh sebuah institusi untuk  mengembangkan perpustakaan digital bagi disabilitas. Selain itu, lanjutnya, para pemustaka disabilitas perlu dilibatkan dalam perencanaan program perpustakaan. Hal itu bertujuan agar perpustakaan mengetahui secara pasti kebutuhan informasi pemustaka, serta dapat menyediakan layanan yang sesuai dan tepat.

“Misalnya pada disabilitas low vision (kemampuan penglihatan rendah, Red), beberapa menu di layar komputer perlu disesuaikan warna yang dipakai, perlu disediakan software screen magnifer untuk memperbesar tulisan, atau disediakan screen reader untuk membantu mereka membaca tulisan pada layar komputer,” paparnya.

Demikian pula untuk disabilitas lain, terdapat aspek-aspek yang harus disesuaikan dengan kondisi spesial dari masing-masing disabilitas. Mutia mengatakan bahwa sistem pengelolaan perpustakaan digital hampir sama dengan perpustakaan pada umumnya. Hanya saja perpustakaan digital memanfaatkan teknologi dalam melayani kebutuhan pemustaka. Sehingga pemustaka dapat mengakses informasi maupun layanan perpustakaan secara daring dan lebih fleksibel.

“Sebagai contoh, pemustaka membutuhkan layanan sirkulasi untuk meminjam sumber informasi yang mereka butuhkan. Bila menggunakan perpustakaan digital, maka pemustaka dapat menikmatinya tanpa harus mengunjungi perpustakaan secara fisik,” ujar dosen pengampu mata ajar Informasi Kelompok Khusus tersebut.

Hingga saat ini layanan perpustakaan untuk pemustaka disabilitas masih berupa disability corner pada perpustakaan umum dan perpustakaan perguruan tinggi. Beberapa perpustakaan juga menyediakan fasilitas khusus untuk mengakses informasi bagi pemustaka disabilitas. Sejumlah teknologi adaptif perlu disediakan agar pemustaka disabilitas dapat lebih mudah dan nyaman dalam memanfaatkan layanan perpustakaan. (*)

Penulis: Zanna Afia

Editor: Nuri Hermawan

Referensi:

Mutia, Fitri. 2016. The Availabitlity of Access for User with Disability on Digital Library. International Journal of Knowledge Management and Practice, Vol. 4 (1)

Link: https://www.researchgate.net/publication/307871983_The_Availabitlity_of_ Access_for_User_with_Disability_on_Digital_Library

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).