Waspada! Kanker Mulut Tidak Hanya Terjadi pada Perokok

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kanker mulut. (Sumber: liputan6)

Kanker mulut atau dalam bahasa medis disebut sebagai oral squamous cell carcinoma merupakan suatu kanker yang muncul pada rongga mulut dengan faktor penyebab yang belum diketahui secara pasti. Secara umum, kanker mulut memiliki angka kejadian sebesar 90%. Kanker mulut menempati urutan ke-6 yang paling banyak ditemukan dibandingkan kanker pada bagian tubuh yang lain. Kanker ini banyak ditemui pada orang dewasa dan orang tua dengan manifestasi atau kondisi klinis berupa sariawan yang tidak kunjung sembuh. Sariawan tersebut memiliki gambaran klinis berwarna putih yang merupakan jaringan nekrotik, dan dikelilingi oleh batas yang menggulung.

Kebiasaan merokok diyakini sebagai salah satu faktor risiko timbulnya kanker mulut. Ketika seseorang merokok, asap yang dihirup mengandung berbagai senyawa kimia. Asap rokok ini merupakan suatu radikal bebas. Radikal bebas adalah senyawa oksigen reaktif yang merupakan senyawa dengan elektron yang tidak berpasangan.

Senyawa atau atom tersebut berusaha mencapai keadaan stabil dengan jalan menarik elektron lain sehingga terbentuk radikal baru. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak dan protein. Sel yang mengalami kerusakan akibat radikal bebas akan terganggu metabolismenya, hal ini merangsang mutasi DNA sel, yang berakibat pada timbulnya kanker bahkan kematian.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada faktor lain yang dapat menjadi faktor pendukung atau predisposisi, seperti faktor lingkungan, misalnya paparan sinar matahari yang terlalu lama dengan intensitas tinggi. Secara epidemiologi, laki-laki lebih rentan mengalami kanker mulut dibandingkan wanita dengan rasio 1.5:1.

Salah satu pasien kanker mulut di RSGM Universitas Airlangga adalah seorang pria, berusia 63 tahun, bekerja sebagai petani dengan keluhan sariawan di bagian bawah lidah sejak sekitar lima minggu sebelumnya. Sariawan tersebut muncul akibat tergigit oleh gigi belakang dan muncul sebagai sariawan kecil. Sariawan tersebut semakin lama semakin membesar, disertai rasa sakit, gatal dan kaku. Ketika digunakan berkumur, pasien merasakan sensasi terbakar. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih detil di Bagian Ilmu Penyakit Mulut, diagnosis oral squamous cell carcinoma ditegakkan pada pasien ini.

Bagaimana kanker mulut dapat terjadi pada seorang petani?

Kanker mulut pada pasien ini bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu paparan sinar matahari dan penggunaaan pestisida. Paparan sinar matahari dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi dapat memicu timbulnya perubahan sel pada rongga mulut yang dapat mengarah pada terbentuknya kanker mulut. Paparan sinar matahari juga memiliki potensi sebagai pemicu kanker pada kasus ini.

Sehari-harinya, kulit kita terpapar sinar matahari. Tanpa sadar, pada sinar matahari tersebut juga terdapat radiasi dari sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dapat menembus lapisan kulit luar dan masuk ke dalam lapisan kulit yang lebih dalam lagi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel kulit dan bibir.

Kerusakan DNA yang terlalu parah dapat menyebabkan perubahan sifat sel dan proses apoptosis menjadi terganggu, salah satunya adalah kegagalan aktivasi caspsae 3 yang merupakan kunci utama dari dari apoptosis. Kegagalan apoptosis menyebabkan sel berubah sifat dan menjadi kanker. Resiko ini dapat diperkecil dengan menggunaan bahan yang mengandung tabir surya, topi, atau masker yang menutupi daerah bibir dan mulut.

Faktor lain yang kemungkinan berperan juga dalam menimbulkan kanker pada pasien ini adalah penggunaan pestisida yang digunakan untuk mengontrol hama. Kandungan utama pada pestisida adalah imidaclorpid (IMI), yang digunakan sejak 1991 sebagai insektisida.

Belum ada penelitian yang terkait dengan hubungan antara paparan IMI dan kanker mulut di lingkungan pertanian, tetapi beberapa literatur melaporkan bahwa paparan IMI dapat menyebabkan perubahan susunan sel epitel, mengaktifkan TNF-α dan mengganggu caspase 3. Proses karsinogen pada manusia diaktifkan oleh aktivasi TNF-α diikuti oleh terjadinya kegagalan apoptosis dengan indikator gangguan caspase 3 dan paparan terus menerus terhadap IMI dapat menyebabkan efek mutagenik dan karsinogenik.

Sebagian besar pestisida digunakan dengan cara penyemprotan. Partikel atau bahan pestisida tersebut akan secara langsung terhirup dan mengenai bagian bibir, rongga mulut maupun saluran pernapasan. Apabila penggunaan proteksi diri berupa masker tidak digunakan, maka resiko paparan pestisida untuk timbulnya kanker rongga mulut juga dapat terjadi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pertanian juga berisiko bagi para petani untuk rentan terhadap kanker mulut karena adanya paparan sinar matahari dan pestisida. Paparan sinar matahari dan pestisida yang terus menerus dapat menjadi penyebab kanker mulut meskipun, dalam kasus yang disajikan, tidak ada riwayat merokok dan konsumsi alkohol. Sampai saat ini, tidak ada studi epidemiologis di lingkungan pertanian di Indonesia yang terkait dengan prevalensi kanker di rongga mulut. (*)

Penulis: Herlambang Devianto, Titis Desiandrin, Desiana Radithia, Dwi Hari Susilo, dan Alphania Rahniayu

Informasi detail dari laporan kasus ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://actamedicaphilippina.upm.edu.ph/index.php/acta/article/view/85

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).