Pakar UNAIR Ungkap Faktor Tingginya Stunting Pada Balita

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka stunting di Jawa Timur pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari 34,85 (tahun 2008) menjadi 35,8% (tahun 2010). Sementara itu, Jawa Timur merupakan mikrokosmos dalam hal kesehatan anak berprestasi di Indonesia, maka dari itu perlu adanya pencegahan untuk mengurangi angka stunting di Jawa Timur. 

Hal itu melatarbelakangi penelitian Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns.,M.Kep., bersama tim. Menurutnya, peran ibu sangat dominan dalam tumbuh kembang anak. Bayi hingga balita usia tiga tahun merupakan konsumen pasif. Konsumen pasif adalah bayi mengonsumsi makanan tergantung pada apa yang disediakan ibu atau pengasuh.

“Ibu harus memperhatikan asupan nutrisi yang dikonsumsi anak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Asupan nutrisi yang tepat megandung gizi seimbang (nasi, sayur, lauk, buah dan susu) dengan jumlah dan frekuensi pemberian sesuai usia,” ungkapnya.

Sambungnya, salah satu penyebab asupan nutrisi yang tidak tepat adalah perilaku ibu yang salah dalam memberikan makan pada balita dikarenakan jumlah makanan yang diberikan tidak sesuai, jenis makanan tidak beragam, dan frekuensi pemberian makan dalam sehari.

“Penelitian ini dilakukan pada ibu dengan usia reproduktif dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga,” tuturnya.

Berdasarkan riset tersebut, diketahui pola makan yang diberikan ibu terhadap anak stunting dibagi menjadi empat yaitu sangat baik (2,9%), baik (13,8%), cukup (35, 9%) dan rendah (46,9%). Hal itu menunjukkan, lanjutnya, bahwa pengetahuan dan sikap tidak menunjukkan hubungan dengan pola makan anak stunting, sedangkan penghasilan dan peran dari orang sangat berpengaruh pada pola makan anak stunting.

Sehingga diharapkan pengetahuan yang baik dapat diimbangi dengan jumlah penghasilan yang mencukupi untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak agar tidak terjadi stunting. Kadar kesehatan merupakan secara langsung aktif untuk menyampaikan informasi dan support bagi keluarga terutama mencegah dan menangani anak stunting.

“Penghasilan keluarga merupakan faktor yang penting agar orangtua dapat memenuhi kebutuhan anak terutama dalam memenuhi makanan yang bergizi dengan membutuhkan biaya untuk dapat membelinya,” tutupnya.

Penulis: Khefti Al Mawalia

Editor: Nuri Hermawan

Informasi detil dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=533

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).