Prof Junaidi Paparkan Rekayasa Pengembangan Produk Erythropoietin yang Aman dan Bermutu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., saat menyampaikan orasi guru besar. (Foto: M. Alif Fauzan)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengukuhkan Guru Besar pada Kamis (19/12/19). Spesialnya, kali ini Wakil Rektor IV UNAIR Prof. Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D. menjadi salah satu yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Biofarmasetika. 

Prof. Junaidi juga telah resmi menjadi Guru Besar Baru Fakultas Farmasi UNAIR yang ke-25. Bertempat di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen Kampus C UNAIR, Prof. Junaidi menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Rekayasa Pengembangan Produk Erythropoietin (EPO) yang Aman dan Bermutu”.

Seorang farmasis (apoteker) merupakan profesi yang luhur dan selalu mengedepankan kualitas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan didasarkan pada ilmu pengetahuan, pengalaman, etika, dan peraturan perundangan,” tutur Prof. Junaidi saat mengutip penggalan kode etik seorang farmasis.

Prof. Junaidi meyakini bahwa obat yang diberikan harus memenuhi keamanan dan kualitas sehingga bisa  memberikan manfaat untuk masyarakat. Menurutnya, kualitas produk obat mempunyai peranan penting untuk memberikan jaminan keamanan dan pencapaian keberhasilan suatu pengobatan.

“Untuk itu, disadari atau tidak, penjaminan mutu mulai dari bahan baku, proses produksi hingga pengawasan post market sangat mutlak diperlukan untuk menjaga kualitas produk obat yang beredar,” jelasnya.

Lebih lanjut Prof Junaidi menjelaskan bahwa Erythropoietin (EPO) sebagai antianemia pada keadaan gagal ginjal merupakan salah satu contoh produk yang mengacu pada sistem biologi kehidupan. EPO sendiri mempunyai sifat neuroprotektif (mekanisme yang digunakan untuk melindungi kerusakan saraf pada sistem saraf pusat) yang sangat  menjanjikan.

Prof. Junaidi dan tim melakukan evaluasi terhadap Biofarmasetika masa kini terkait cara melakukan penilaian dari produk yang dihasilkan apakah produk itu aman dan efektif. Menurutnya, ada empat parameter yang digunakan untuk melakukan pengukuran. 

“Keempat parameter itu adalah legal status, pendekatan teknologi, peluang pasar dan nilai ekonomis,” imbuhnya.

Untuk menjadi produk EPO yang memberikan keamanan dan mutu, harus menggunakan pendekatan quality by design. Rancangan dari hulu sampai hilir di setiap tahapnya, kualitas obat harus bisa dipertahankan.

Prof Junaidi menambahkan bahwa ada empat tahapan yang harus dilalui. Pertama, karakterisasi menyeluruh terhadap bahan baku dan produk EPO. Selanjutnya, dilakukan formulasi, evaluasi non-klinik dan terakhir evaluasi klinik. Dalam upaya menjamin keamanan dan mutu produk biofarmasetika yang dihasilkan.

“Upaya ini harus dilakukan secara komprehensif dan seksama sehingga akan memberikan kebermanfaatan yang seluas-luasnya untuk kemanusiaan,” tutupnya.

Penulis: Sandi Prabowo

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).