Inilah Profil Pasien Urtikaria

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh barta 1

Urtikaria adalah erupsi pada kulit, berwarna merah, berbatas tegas dan memutih bila ditekan. Urtikaria merupakan manifestasi klinis dari respons imunologi dan inflamasi tubuh yang dapat tidak diketahui mekanisme kerjanya. Urtikaria perlu dibedakan dengan berbagai kondisi medis lainnya yang juga menimbulkan peninggian pada kulit seperti angioedema. Peninggian pada urtikaria sendiri terbagi menjadi tiga tipe, pembengkakan sentral dengan berbagai macam ukuran dan hampir semua dikelilingi oleh bagian yang mengalami eritema, lesi yang menimbulkan rasa gatal hingga rasa terbakar, serta peninggian semu pada kulit yang akan kembali normal dalam 30 menit hingga 24 jam pertama. Sebanyak 15-23% manusia setidaknya pernah mengalami episode urtikaria satu kali selama hidupnya. 

Berdasarkan waktunya, urtikaria dibagi menjadi dua, urtikaria kronis dan urtikaria akut. Urtikaria akut adalah urtikaria yang terjadi kurang dari enam minggu dan urtikaria kronis adalah urtikaria yang terjadi lebih dari enam minggu. Tiga puluh persen urtikaria akut dapat berkembang menjadi urtikaria kronis yang lebih berbahaya dan lebih susah untuk di terapi.3 Penyebab tersering urtikaria akut adalah hasil induksi dari obat-obatan seperti antibiotik, Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs), asam salisilat, narkotik, dan opioid. Selain itu makanan, infeksi virus, parasit, gigitan serangga, kontak dengan bahan alergen, dan reaksi hipersensitivitas terhadap bahan lateks juga dapat menyebabkan urtikaria akut. Lima puluh persen pasien urtikaria akut tidak dapat diketahui penyebabnya. Penyebab urtikaria yang sangat bervariasi menyebabkan  pencegahan yang dilakukan agar urtikaria tidak muncul kembali akan berbeda antara satu pasien dengan pasien lainnya. Sebuah penelitian disebutkan bahwa kecenderungan urtikaria pada pasien perempuan lebih tinggi dibandingkan pasien pria, dengan perbandingan 2:1

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil serta gambaran umum pasien urtikaria baru di Instalasi Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi data epidemologi urtikaria di Indonesia serta dapat meningkatkan kuallitas pelayanan dan penatalaksanaan terapi yang tepat bagi pasien urtikaria. 

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis yang ada di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sampel yang diambil adalah semua pasien urtikaria baru yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan Ilmu Penyakit Dalam dan Kesehatan Kulit dan Kelamin periode 2015-2017. Data yang digunakan adalah nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, klasifikasi urtikaria berdasarkan International Classification of Diseases (ICD) 10, durasi terjadinya urtikaria, riwayat pengobatan, serta tanggal pertama kali pasien berkunjung. Penelitian ini telah mendapatkan surat kelayakan etik yang diterbitkan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Jumlah pasien urtikaria baru yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo meningkat dari tahun 2015 hingga 2017. Bila dibandingkan dengan  penelitian yang dilakukan di tempat yang sama tahun 2007-2009 didapatkan peningkatan pasien urtikaria sebanyak 78 pasien.9 Dalam standar kompetensi dokter Indonesia tahun 2012 urtikaria merupakan kompetensi 4A dan 3A yang seharusnya dapat dikerjakan di fasilitas kesehatan tingkat pertama.10 Pemberlakuan sistem pelayanan kesehatan berjenjang yang diterapkan oleh Pemerintah tidak banyak mempengaruhi angka kunjungan pasien urtikaria ke Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan pasien urtikaria tahun 2015-2017 bila dibandingkan dengan pasien urtikaria tahun 2007-2009 sebelum diberlakukannya sistem pelayanan kesehatan berjenjang. 

Diagnosis urtikaria yang terbanyak berdasarkan buku panduan diagnosis ICD 10 urtikaria alergi (L50.0) sebanyak 36% tahun 2015, 34 % tahun 2016, dan 40% tahun 2017. Terdapat penurunan jumlah pasien dengan diagnosis urtikaria suhu (L50.2). Sedangkan diagnosis urtikaria yang tidak ditemukan dalam penelitian ini adalah urtikaria getaran (L50.4) dan urtikaria kontak (L50.6). 

Jumlah pasien urtikaria di RSUD Dr. Soetomo tidak mengalami banyak perubahan bila dibandingkan dengan data profil urtikaria yang dilakukan di tempat yang sama pada tahun 2007-2009. Pengobatan urtikaria yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo kurang sesuai dengan guideline urtikaria terbaru tahun 2014. Penelitian selanjutnya diharapkan munggunakan data yang lebih luas, terutama dilakukan di faskes satu mengingat Indonesia menerapkan sistem kesehatan berjenjang dan urtikaria termasuk pada kompetensi yang dapat diselesaikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Penelitian lainnya juga diharapkan mampu memperjelas penyebab urtikaria pada pasien dan pengaruhnya terdap kualitas hidupnya.

Penulis: Trisniartami Setyaningrum,dr.,Sp.KK, FINSDV, FAADV

Informasi detail artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/10677/pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).