Bidan sebagai Tulang Punggung Keberhasilan Program Ante Natal Care (Anc) di Puskesmas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh inisehat com

Antenatal Care (ANC) adalah layanan perawatan kesehatan oleh petugas kesehatan selama kehamilan dalam bentuk observasi, pendidikan dan perawatan medis untuk wanita hamil dengan standar yang telah ditentukan. Tujuan ANC adalah untuk mencapai kehamilan dan persalinan yang aman dan nyaman. ANC dapat diberikan oleh para profesional seperti spesialis kebidanan, dokter umum, bidan atau perawat dalam periode kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal minimum.

Undang-undang kesehatan mengatur setiap wanita hamil setidaknya melakukan empat kali pemeriksaan ANC selama kehamilan, yang terdiri dari kunjungan pertama (K1) pada trimester pertama, kunjungan kedua (K2) pada trimester kedua, dan kunjungan ketiga(K3) dan keempat (K4) masing-masing selama trimester ketiga. ANC dapat mendeteksi tanda-tanda kehamilan berisiko tinggi atau komplikasi dalam persalinan, sehingga memungkinkan dilakukan pencegahan dan penanganan dengan cepat dan akurat.

Puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat yang wajib memberikan pelayanan ANC bagi ibu hamil. Bidan menjadi tulang punggung layanan ANC di Puskesmas. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bertanggungjawab atas keberhasilan program ANC di puskesmas, Bidan dituntut memiliki kemampuan berinteraksi yang komunikatif. Meskipun kompetensi teknis bidan sangat memengaruhi keberhasilan ANC, keterampilan interaksi tidak dapat diabaikan. Bidan yang memberikan ANC harus memberikan layanan yang memuaskan bagi wanita hamil dengan karakteristik individu yang berbeda dan beragam.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas layanan ANC adalah meningkatkan proses komunikasi antara bidan dan ibu hamil. Menurut Zeithalm dan Bitner, suatu layanan memerlukan tiga bentuk pemasaran, yaitu pemasaran internal, pemasaran eksternal, dan pemasaran interaktif. Kotler dan Keller menyatakan bahwa pemasaran interaktif menggambarkan keterampilan karyawan dalam melayani klien. Supriyanto mengatakan bahwa inti dari pemasaran interaktif adalah komunikasi. Dalam memberi pelayanan ANC, pemasaran interaktif lebih banyak ditekankan pada komunikasi terapeutik dan komunikasi interaktif selama kontak antara wanita hamil dan bidan di puskesmas.

Bidan harus memiliki keterampilan komunikasi terapeutik dan interaktif untuk memberikan layanan yang baik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi profesional yang sengaja dilakukan dengan tujuan pemulihan pasien. Sementara itu komunikasi interaktif adalah interaksi individu, pasien, pengasuh, atau profesional dengan atau melalui teknologi komunikasi untuk memberikan informasi kesehatan atau untuk menerima bimbingan dan dukungan tentang kesehatan.

Pada penelitian yang dilakukan pada beberapa puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah yang mengalami jumlah dropout program ANC lebih dari 10% dalam kurun 3 tahun, menyebutkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ANC dan manfaatnya belum dapat dipahami secara menyeluruh. Ibu hamil di Kabupaten Lombok Tengah mengaku  tidak mengerti tentang jenis layanan di ANC yang ada di Puskesmas, sehingga banyak ibu hamil tidak mengambil manfaat dari ANC Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya informasi mengenai manfaat ANC atau bidan dan petugas kesehatan setempat menggunakan bahasa dan metode yang tidak mudah dipahami untuk berkomunikasi.

Ada empat hambatan yang biasanya ditemui petugas kesehatan dalam berkomunikasi dengan pasien, diantaranya adalah persepsi tidak memiliki cukup waktu, keinginan untuk menahan perasaan yang kuat, takut atau empati yang menimbulkan kelelahan secara emosional, dan kurangnya pelatihan dalam empatik berkomunikasi. Hambatan tersebut adalah penyebab utama komunikasi yang buruk oleh bidan, sehingga keterampilan bidan, rasa hormat, daya tanggap, dan empati dinilai buruk dan pasien tidak mendapat informasi secara lengkap.

Bidan perlu menjelaskan secara rinci kepada pasien tentang hal-hal yang berkaitan dengan layanan kesehatan yang mencakup manfaat dari proses pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan sebagainya. Selain itu, bidan dituntut dapat mempersuasi dengan mengulangi atau memberikan penekanan lebih lanjut terkait ANC serta mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ANC berikutnya. Bila diperlukan bidan harus menghubungi ibu hamil yang melewatkan jadwal kunjungan ANC.

Keterampilan komunikasi bidan adalah salah satu aspek penting selain keterampilan dan pengalaman yang mereka miliki dalam memberikan layanan ANC. Ini menunjukkan bahwa angka drop out yang tinggi dapat dikaitkan dengan keterampilan komunikasi bidan yang buruk dengan wanita hamil selama proses layanan ANC. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan atau upaya peningkatan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi bidan.

Penulis: Ernawaty

Apabila saudara tertarik dengan topik ini, saudara dapat membacanya artikel Midwives’ role in drop-out antenatal care at second visit : Therapeutic and interactive communication in the Lombok Tengah District, Indonesia

Link artikel ini dapat diunduh pada https://publichealthinafrica.org/index.php/jphia/article/view/1165

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).