Deteksi Bahan Cairan Formalin dengan Menggunakan Sensor Optik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh intisari online

Formaldehyde (CH2O) juga dikenal sebagai methanal atau formalin adalah senyawa organik volatil karsinogenik. Formalin ini adalah gas berbau tajam, tidak berwarna dan biasanya digunakan sebagai regent untuk perekat seperti resin fenol-formaldehida (PF) dan urea-formaldehida (UF). Formalin telah umum digunakan dalam berbagai aplikasi industri seperti di resin, plastik, dan pabrik produksi cat. Formalin ini juga telah dieksploitasi secara ilegal sebagai pengawet pada ikan, daging, sayuran, dan buah-buahan untuk menghindari pembusukan dan nampak segar. Formalin yang larut dalam air dan dapat menyebabkan iritasi melalui kontak langsung. Hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia seperti muntah, sakit perut, cedera ginjal, koma, batuk, kesulitan bernafas, mual dan bersin karena terhirup dan penyerapan kulit jika dikonsumsi berlebihan. Dalam konsentrasi rendah di antara level 1 hingga 3 ppm dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan, mata dan hidung dan level lebih dari 15 ppm akan menyebabkan kematian. Selain itu, dapat mempengaruhi sistem saraf dan telah diidentifikasi sebagai zat yang dapat menyebabkan kanker pada jaringan hidup. Oleh karena itu, deteksi, pemantauan dan pengendalian tingkat konsentrasi formaldehida sangat penting. Dengan demikian, sensor formaldehyde yang sangat sensitif sangat penting untuk perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia.

Di dalam penelitian telah berhasil dialakukan deteksi bahan cairan formalin dengan menggunakan sensor optic berbasis Resonator Loop Microfiber Resonator (MLR). Desain sensor ini sederhana dan dapat diterapkan dengan sederhana selama proses fabrikasi dan pembuatan karena tidak melibatkan bahan sensitif yang dilapiskan.  Secara keseluruhan, MLR telah menunjukkan kinerja penginderaan yang lebih baik dibandingkan dengan SmF (Singlemode Fiber). Sensitivitas sensor dapat ditingkatkan dengan faktor 2,5 dibandingkan dengan SmF. Resolusi juga meningkat dengan faktor 3,28 dibandingkan dengan SmF. Sensor optic berbasis MLR ini telah menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam hal linearitas, sensitivitas, simpangan baku, dan resolusi dibandingkan dengan deteksi konsentrasi cairan formaldehida yang menggunakan sensor berbasis SmF. Peningkatan sensitivitas ini disebabkan oleh hilangnya daya karena kebocoran cahaya selama penginderaan cairan formaldehid di dalam MLR. Fenomena ini tidak ada di dalam teknik SmF karena tidak adanya resonansi. Sensor yang dihasilkan memiliki keunggulan dalam hal kesederhanaan, sangat sensitif, pembuatan mudah, biaya rendah dan ukuran kecil. Ini sangat penting dalam aplikasi seperti menentukan gas beracun dan memantau kesehatan manusia. Di masa depan, penginderaan cair formaldehida dapat diterapkan pada resonator mikrofiber optik yang lebih kompleks untuk mengidentifikasi kinerja penginderaan.

Penulis:  Prof. Dr. Moh Yasin, M.Si.

Berikut link terkait tulisan di atas: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0030402619310642

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).