Eritropoietin Perbaiki Kualitas Sperma Setelah Release Ligasi Vas Deferens

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang permanen pada pria, sekitar 40 hingga 60 juta pria pernah menjalani vasektomi. Namun, vasektomi kadang menyebabkan beberapa komplikasi, seperti nyeri skrotum dan rekanalisasi spontan vas deferens. Komplikasi ini sering muncul karena kurangnya informasi pasien mengenai prosedur. Sekitar 2% pasien dilaporkan telah meminta prosedur vasektomi reversal untuk membalikkan efek kontrasepsi. Umumnya, hal ini terjadi pada pria muda yang ingin memiliki anak. Namun, pasien seperti ini umumnya akan menghadapi lebih kesulitan untuk memiliki anak karena penurunan kualitas semen mereka. Studi menunjukkan bahwa semakin lama interval waktu vasektomi sebelumnya dan prosedur pembalikan, semakin rendah pula tingkat keberhasilan konsepsi.

Banyak hipotesis menyatakan bahwa vasektomi akan mengakibatkan obstruksi vas deferens karena peningkatan tekanan intratestis akibatnya aliran darah juga berkurang dan stress oksidatif di dalam testis akan meningkat. Proses inflamasi kronis lokal yang terjadi di dalam testis setelah vasektomi pada akhirnya juga akan menyebabkan aktivasi leukosit pada vas deferens. Selain itu, mekanisme imun yang sudah terbentuk sebelumnya seperti pembentukan antibodi terhadap sperma juga akan menambah aktivasi leukosit. Spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species atau ROS) juga akan meningkat di dalam testis, peningkatan ini yang menyebabkan masalah spermatogenesis dan motilitas pada sperma. Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa terdapat penurunan jumlah sel sertoli, spermatogonia, dan spermatid setelah 6 minggu pasca vasektomi. Pada minggu ke 12 dan 11, atrofi tubular juga dapat terlihat.

Erythropoietin

Erythropoietin (EPO) adalah faktor pertumbuhan yang penting untuk sel-sel progenitor eritroid. Sebagian besar, EPO diproduksi di ginjal dan umumnya meningkat selama kondisi hipoksia. EPO juga dapat merangsang produksi testosteron dengan memperngaruhi steroidogenesis dalam sel leydig. Oleh karena itu, EPO digunakan juga untuk meningkatkan testosteron pada pasien dengan gagal ginjal. Selain itu, EPO juga memiliki fungsi anti-apoptosis, anti-inflamasi, dan antioksidan yang dicapai melalui hambatan terhadap ROS. Penelitian sebelumnya pada tikus menunjukkan bahwa pemberian EPO mampu meningkatkan struktur morfologis testis dan memperbaiki sel nutfah (germ cell). Oleh karena itu, EPO memiliki potensi sebagai agen terapi untuk pasien yang menjalani vasektomi reversal.

Metodologi dan Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh EPO pada jumlah spermatogonia, sel sertoli dan sel leydig pada testis tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus). Objek penelitian ini adalah dua puluh empat tikus yang dikelompokkan menjadi empat, yang pertama adalah kelompok kontrol yang hanya diberi orkiektomi untuk pemeriksaan testis. Kelompok yang diberi perlakuan terdiri dari 3 kelompok: (1) kelompok yang diobati dengan vasektomi kemudian diikuti oleh 7 minggu pengamatan; (2) kelompok dengan vasektomi dan release ligasi yang dilakukan pada minggu ke 7 dan diikuti dengan satu minggu pengamatan; (3) kelompok terakhir mendapatkan perlakuan berupa release ligasi vas deferens dan diberikan injeksi EPO dengan dosis 1000 iu / kg BB tiga kali seminggu selama satu minggu. Penelitian ini dilakukan secara aman di bagian Embriologi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga sebagai tempat pemeliharaan hewan coba dan di bagian Patobiologi Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan untuk pemeriksaan patologi anatomi dan imunohistokimia jaringan testis.

Variabel dependen yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah spermatogonia, sel sertoli dan sel leydig. Semua data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis oleh program SPSS menggunakan uji ANOVA satu arah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vasektomi dapat mengurangi sel Sertoli secara signifikan. Pada semua kelompok perlakuan, tidak ada perbedaan jumlah sel sertoli secara signifikan dibandingkan dengan kelompok yang hanya menerima vasektomi. Pengobatan dengan EPO juga tidak meningkatkan jumlah sel sertoli. Vasektomi juga didapati mengurangi jumlah spermatogonia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ligasi, release ligasi, dan administrasi EPO tidak mempengaruhi jumlah spermatogonia.

Vasektomi, seperti yang ditunjukkan dalam hasil penelitian ini, memiliki konsekuensi berupa penurunan jumlah sel spermatogonia dan sertoli. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan intratestis, yang mengakibatkan proses inflamasi kronis, oleh karenanya didapatkan peningkatan leukosit dan sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-6 yang mediatornya terikat pada reseptor TNF-α (TNF-αR) dan IL-6-R dalam spermatogonia. Proses aktivasi apoptosis ini juga meningkatkan ROS dan NOS, yang selanjutnya mengakibatkan degenerasi tubulus seminiferus, kerusakan sawar darah testis, dan penurunan jumlah spermatogonia juga sel sertoli. Dalam penelitian ini, vasektomi reversal dianalogikan dengan release ligase. Namun, tidak ditemui perbedaan yang signifikan secara statistik dari jumlah spermatogonia, sel sertoli dan sel leydig setelah ligasi, release ligasi, dan injeksi EPO.

Kesimpulan

Kelompok vasektomi memiliki lebih sedikit sel spermatogonia dan sertoli, namun jumlah sel leydignya lebih tinggi. Dibandingkan dengan kelompok yang diberi vasektomi saja, jumlah spermatogonia, sel sertoli, dan sel leydig lebih tinggi pada kelompok vasektomi dan release ligasi, dan bahkan lebih tinggi lagi pada kelompok yang menerima vasektomi dan release ligasi diikuti dengan injeksi EPO. Tetapi, peningkatan jumlah spermatogonia, sel sertoli, dan sel leydig padasemua perlakuan termasuk pemberian EPO tidak signifikan secara statistik.

Penulis: Prof Dr Soetojo, dr, SpU(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=4&article=221 Negara Muhammad Surya, Soetojo, Soebadi Doddy M. Effect of Erythropoietin Administration on Spermatogonium Amount, Sertoli Cell and Leydig on Rats Testis (Wistar Strain) After Vas Deferens Ligation Released. Indian Journal of Public Health Research & Development. 2019;10(4):1206-1211.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).