Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan ASI Eksklusif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh sehatq

Permasalahan gizi balita di Indonesia cenderung meningkat. Pada beberapa tahun terakhir, peningkatan tersebut terjadi pada jumlah kejadian balita pendek atau stunting dan jumlah balita gemuk. Beberapa studi sebelum penelitian ini menyatakan bahwa ASI dapat mencegah berbagai masalah kesehatan tersebut. Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah bayi dari penyakit gastrointestinal dan gangguan pertumbuhan. Pada negara berkembang, cakupan ASI eksklusif cenderung rendah. Indonesia belum mencapai target ASI eksklusif nasional. Jawa Timur khususnya belum mencapai target tersebut.

Beberapa alasan ibu berhenti menyusui sangat kompleks dan dipengaruhi oleh sosiodemografi, biofisik, dan faktor psikososial. Saat ini, alasan utama ibu menghentikan pemberian ASI atau makanan tambahan sebelum waktunya adalah karena persepsi ketidakcukupan ASI. Persepsi ketidakcukupan ASI pada ibu dapat mengakibatkan ibu kurang percaya diri. Hal tersebut termasuk dalam faktor psikososial, beberapa bentuk faktor telah terbukti memengaruhi durasi menyusui. 

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang tanda kecukupan ASI, beserta faktor lainnya yaitu faktor pemudah (pengetahuan tentang tanda kecukupan ASI, karakteristik sosiodemografi), pendukung (cara persalinan, Inisiasi menyusu dini, paritas ibu), dan pendorong (tenaga kesehatan, keluarga, dan media) dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Kemudian menganalisis interaksi antar faktor keberhasilan pemberian ASI eksklusif. 

Rancangan penelitian ini menggunakan potong lintang analitik. Pengambilan sampel dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan pada bulan Maret-April 2018 di Posyandu atau Puskesmas Simomulyo dan Puskesmas Manukan Kulon Surabaya. Kriteria inklusi adalah bayi yang tidak memiliki cacat bawaan, bayi dengan berat badan lahir normal dan ibu yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo atau Puskesmas Manukan Kulon Surabaya. Kriteria eksklusi adalah bayi dalam kondisi sakit dan ibu yang memiliki riwayat operasi payudara. Data yang diambil tersebut dimasukkan ke dalam program perangkat lunak SPSS® 22. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Kai kuadrat, kemudian analisis multivariat dilakukan menggunakan regresi logistik. Menggunakan confidence interval (CI) 95%. Tingkat kemaknaan dalam penelitian ini dinyatakan bila p<0,05.

Didapatkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif sejumlah 61% dari total 82 ibu, semua ibu pernah melihat iklan formula, dan alasan terbesar (53,1%) ibu tidak memberikan AE karena khawatir ASI tidak cukup. Usia ibu (p=0,020), pekerjaan (p=0,003), pendidikan terakhir (p=0,030), dan riwayat keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada anak yang sebelumnya (p=0,032) berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. 

Dari penelitian ini kami dapatkan proporsi ASI eksklusif bayi usia 6-11 bulan di Puskesmas Simomulyo dan Manukan Kulon Surabaya adalah 61%. Semua ibu pernah melihat iklan susu formula, serta alasan terbanyak ibu berhenti memberikan ASI eksklusif yaitu karena khawatir ASI  tidak mencukupi kebutuhan bayi. Ibu yang memiliki pengalaman keberhasilan ASI eksklusif berusia antara 25-30 tahun, tidak bekerja, dan berpendidikan tinggi berhubungan dengan peningkatan peluang keberhasilan ASI eksklusif. Paparan iklan susu formula yang intens dapat mengakibatkan timbulnya persepsi bahwa susu formula setara dengan ASI bahkan lebih baik dari ASI, paparan iklan tersebut dapat berpengaruh pada persepsi ibu yang berpendidikan rendah. Sehingga diperlukan pemberdayaan kelompok ibu yang rentan terhadap pengaruh negatif susu formula.

Pada ibu yang berhenti memberikan ASI akibat rasa khawatir ASI tidak mencukupi kebutuhan bayinya justru dapat meningkatkan pemberian susu formula atau makanan tambahan secara dini yang dapat menyebabkan bayi tidak menyusu secara adekuat. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan produksi ASI. Sehingga diperlukan pemberdayaan pada ibu dan keluarga sejak sebelum bersalin mengenai manajemen menyusui. Ibu yang memiliki riwayat keberhasilan memberikan ASI eksklusif memiliki peluang yang lebih besar untuk kembali berhasil memberikan ASI eksklusif pada anak berikutnya. Pengalaman keberhasilan tersebut merupakan sumber kepercayaan diri yang berasal dari pengalaman nyata. Sebaliknya kegagalan ibu memberikan ASI eksklusif sebelumnya akan menurunkan peluang keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Sehingga diperlukan dukungan dan motivasi dari berbagai pihak untuk semua Ibu terutama Ibu baru, karena akan berdampak terhadap kesuksesan pemberian ASI eksklusif pada anak yang berikutnya.

Penulis: Dwiyanti Puspitasari, dr, DTMH, MCTM, SpAK

Informasi detil penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami:

https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1396/pdf

Rokhmah Ayu Suliasih, Dwiyanti Puspitasari, Dhasih Afiat DP. Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan ASI Eksklusif. Sari Pediatri. 2019;20(6):375-81 Published April 2019. DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp20.6.2019.375-81

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).