Buah Tin, Pohon Kehidupan yang Berpotensi sebagai Antikanker

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Buah Tin. (Sumber: Viva)

Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Kanker hati merupakan salah satu jenis kanker yang banyak memakan korban di dunia. Penyakit ini masuk kedalam daftar keenam penyakit yang paling sering menyerang manusia dan penyebab kematian ketiga akibat kanker setelah kanker paru-paru dan kanker usus.

Telah banyak upaya yang dilakukan untuk menciptakan obat kemoterapi yang efektif, namun masih ada masalah mengenai toksisitas dan selektivitasnya. Toksisitas kemoterapi modern dan resistensi sel kanker terhadap agen antikanker menyebabkan para ilmuan mulai mencari alternatif pengobatan baru dan metode pencegahan penyakit berbahaya ini. Berdasarkan beberapa kendala efek yang ditimbulkan akibat pengobatan kanker tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengobatan kanker yang selektif dan aman.

Kebutuhan akan penyembuhan yang aman dan pas di kantong masyarakat Indonesia yang umumnya adalah kalangan menengah ke bawah, menjadikan kajian produk alam menjadi sangat penting untuk dilakukan, salah satunya adalah manfaat dari buah tin. Buah tin (Ficus carica L.) dapat digunakan sebagai antioksidan, antibakteri, antifungi, meningkatkan sistem imun dan antikanker. Buah tin merupakan sumber penting komponen bioaktif seperti fenol, benzaldehida, terpenoid, flavonoid, dan alkaloid yang memiliki sifat antioksidan dan menunjukan efek hambat in vitro terhadap proliferasi berbagai sel kanker.

Pola hidroksilasi pada cincin B flavon dan flavonol, seperti luteolin dan quercetin mempengaruhi inhibisi aktivitas protein kinase dan antiproliferasi. Tanaman yang telah ada sekitar ribuan tahun lalu ini dapat tumbuh subur dan berbuah lebat di tengah terik matahari, bahkan di padang pasir sekalipun. Oleh karena itu, tanaman ini terkadang disebut pohon kehidupan. Tanaman ini juga dapat ditemukan di daerah beriklim kontinental dengan musim panas.

Tanaman tin berasal dari Asia Barat, tumbuh di daerah pantai Balkan hingga Afganistan. Tanaman tin juga dapat tumbuh di Asia Tenggara, toleran terhadap kekeringan dan suhu dingin (-9 oC), tetapi tetap membutuhkan unsur-unsur hara yang optimum untuk menjaga mutu buahnya. Pertumbuhannya membutuhkan pencahayaan sebagian atau penuh, dan kelembapan rata- rata hingga kering.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas antikanker ekstrak daun dan buah tin terhadap proliferasi, apoptosis dan nekrosis sel kanker hati (huh7it). Aktivitas antioksidan ekstrak daun dan buah Tiin ditentukan dengan metode serapan radikal DPPH (1,1 –diphenyl-2- picylhydrazyl). Metode DPPH ini dipilih dalam penentuan aktivitas antioksidan karena menggunakan teknik yang sederhana, waktu operasi cepat dan sampel yang digunakan dalam uji relatif sedikit.

Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak daun tin mengandung senyawa aktif fenol, tanin, flavonoid dan saponin, sedangkan ekstrak buah Tin mengandung senyawa aktif fenol, flavonoid dan saponin. Senyawa aktif tersebut memiliki potensi sebagai antioksidan karena strukturnya mengandung gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil yang ada pada senyawa aktif ini akan mendonorkan atom hidrogen kepada radikal bebas. Daun Tin memiliki lebih banyak senyawa aktif daripada buah Tin sehingga aktivitas antioksidannyapun berbeda.

Sedangkan untuk menguji aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker hati, dilakukan MTT assay. Uji MTT in vitro cell proliferation assay yang dikenal sebagai uji evaluasi aktivitas antikanker secara umum terhadap bahan sintesis maupun bahan alam. Berdasarkan nilai absorbance dari MTT assay diketahui aktivitas antikanker hati daun tin lebih tinggi dibandingkan buah tin. Pengujian apoptosis dan nekrosis sel kanker hati dilakukan dengan menggunakan flowcitometry.

Berdasarkan hasil analisa flowsitometry, daun memiliki efektivitas lebih baik bila dibandingkan buah untuk memicu sel hepatoma mulai mengalami nekrosis. Akan tetapi, efektivitas daun tin dalam memicu apoptosis masih di bawah kontrol doxorubicin, yaitu sel hepatoma sebesar 65% sudah mengalami apoptosis akibat perlakuan doxorubicin.

Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan, uji profliferasi, apoptosis dan nekrosis, ekstrak methanol daun tin lebih berpotensi sebagai agen antikanker dibanding dengan ekstrak buah tin hal tersebut dimungkinkan karna adanya aktivitas senyawa antioksidan yang lebih tinggi pada sel Huh7it yang diberi ekstrak daun tin.

Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan potensi buah tin sebagai salah satu alternative pengobatan kanker di masa depan, yang aman dan terjangkau khususnya bagi masyarakat Indonesia. (*)

Penulis: Win Darmanto

Tulisan lebih lanjut dapat diakses melalui link berikut

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6475848/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).