Menggapai Kesembuhan Penyakit Leukemia Dewasa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi kanker darah. (Sumber: IDN Times)

Leukemia merupakan keganasan sel darah putih yang dapat mengenai anak dan dewasa. Leukemia dibedakan menjadi akut dan kronik, serta myeloid dan limfoid. Perbedaan ini didasarkan pada mutasi genetik yang terjadi, morfologi sel darah dan ekspresi cluster of differentiation pada sel. Pada bahasan kali ini kita akan memfokuskan pada leukemia dewasa.

Insidens leukemia myeloid kronik pada dewasa lebih tinggi dibandingkan akut. Namun leukemia akut memberikan prognosis dan harapan hidup lebih buruk dibandingkan kronik. Perbedaan akut dan kronik ini bukan berdasarkan waktu lamanya penyakit seperti pada penyakit lainnya.

Keberhasilan pengobatan pun pada jenis kronik lebih baik dibandingkan akut. Pada leukemia akut, seringkali terjadi pasien meninggal sebelum siklus kemoterapi selesai dilakukan, baik meninggal disebabkan perdarahan, infeksi ataupun efek samping kemoterapi. Selain bergantung pada kemoterapi, kesembuhan pasien leukemia juga tergantung pada sistem imunitas tubuh.

Salah satu sistem imunitas tubuh yang telah terbukti berperan pada penghancuran sel kanker apapun termasuk sel leukemia adalah limfosit T. Ada 2 jenis limfosit pada manusia, yaitu limfosit B yang lebih berperan dalam menghasilkan immunoglobulin yang diperlukan dalam melawan infeksi bakteri, dan limfosit T yang sangat berperan dalam melawan infeksi virus dan eliminasi sel ganas. Ironisnya, sel tumor itu sendiri di dalam tubuh dapat menghasilkan substansi yang bertugas menekan system imun host sehingga sel tumor selamat dari mekanisme eliminasi oleh system imun.

Namun demikian, apabila sistem imun host lemah, maka dapat dilakukan pemberian imunoterapi pasif, yaitu dengan menyuntikkan sel imun seperti sel natural killer (NK) yang juga berperan membunuh sel ganas. Selain sel NK yang telah terbukti mampu mengeliminasi sel kanker pada banyak jenis keganasan, sel limfosit Tgd juga berpotensi sebagai imunoterapi, khususnya yang mengekspresikan interleukin-17 pada permukaan sel karena sel limfosit Tgd degan ekspresi interleukin-17 akan bersifat antitumor yang poten.

Langkah pertama untuk mengembangkan imunoterapi pasif dengan limfosit Tgd ini adalah melihat apakah pada pasien leukemia akut mempunyai peningkatan sistem imun ini, maka dilakukan penelitian ini dengan melihat perbedaan antara pasien dewasa dengan leukemia myeloid akut dan dewasa normal. Apabila terbukti meningkat, makaapabila pada pasien tertentu yang sistem imun tubuhnya tidak mampu meningkatkan limfosit Tgd ini, maka dapat diupayakan pemberian imunoterapi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa limfosit Tgd total maupun yang mengekspresikan interleukin-17 antara pasien leukemia myeloid akut dewasa dan kontrol normal tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Hal ini berarti bahwa sel tumor tidak menimbulkan rangsangan yang menyebabkan meningkatnya sistem imun limfosit Tgd ini. Oleh karenanya pemberian imunoterapi dengan limfosit Tgd tidak dapat diterapkan saat ini, diperlukan eksplorasi lebih lanjut untuk mencari sel imun yang berperan membunuh sel tumor pada leukemia.

Namun demikian, pemberian imunoterapi saat ini belum dapaat menggantikan kemoterapi yang telah lebih dahulu ada. Imunoterapi bersifat adjuvant atau pendamping kemoterapi, terutama pada pasien yang mengalami defisiensi atau penyimpangan sistem imun. Terapi transplantasi sumsum tulang yang telah berkembang saat ini juga memberikan harapan positif dengan catatan semua persyaratan dan prosedur dilakukan secara terstandar. Saat ini terapi ini memberikan keberhasilan tinggi di negara maju, namun keberhasilan ini belum mencapai 60 persen. Dan tentunya biaya yang harus disiapkan juga cukup besar, tidak semua asuransi dapat menanggung biaya tersebut.

Fenomena ilmu kedokteran dalam mengembangkan terapi yang efektif dan efisien pada leukemia akut dan pertaruhan nyawa pasien seolah berlari saling mengejar. Tentunya manusia hanya mempunyai pengetahuan sebatas yang diijinkan Allah saja, kita berharap semoga dengan keterbatasan ini kita yang berkarya di bidang kedokteran ini mampu memberikan kontribusi terbaik untuk menyelamatkan pasien dengan leukemia.

Yang tak kalah penting, selain memberikan terapi untuk penyakitnya adalah memberikan dukungan psikis kepada pasien untuk semangat menjalani semua rangkaian terapi yang tidak mudah dan menyiapkannya untuk mampu menerima segala kemungkinan termasuk kematian akibat penyakitnya. (*)

Penulis: Yetti Hernaningsih

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

www.indonesianjournalofclinicalpathology.org

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).