Waspada! Balita Satu Atap dengan Penderita Tuberkulosis Paru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh detik health

Anak-anak usia 0-4 tahun termasuk kelompok rentan dan bersiko tinggi terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Apalagi anak yang tinggal serumah dengan penderita  Tuberkulosis paru BTA positif, memiliki risiko besar terinfeksi mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan 1,3 juta anak di bawah usia 5 tahun yang merupakan kontak rumah tangga dari kasus Tuberkulosis (TB) paru dan tingkat kematian TB pada anak-anak sebesar 15% dari semua kematian karena TB.

Tuberkulosis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis di udara, disebut droplet core, diameter 1 – 5 mikron. Infeksi droplet inti terjadi ketika orang yang memiliki penyakit paru paru sedang batuk, bersin, berteriak, atau bernyanyi. Tergantung pada kondisi lingkungan, pada lingkungan fisik yang buruk, mycobacterium TB dapat tetap hidup di udara selama beberapa jam bahkan berbulan-bulan. Mycobacterium TB ditularkan melalui udara, bukan oleh kontak permukaan.

Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi organ paru, kelenjar, tulang, kulit, mata dan darah. Sumber Mycobacterium tuberculosis adalah dahak dan ludah penderita Tuberkulosis paru. Sumber infeksi Tuberkulosis pada anak yang terpenting adalah pajanan terhadap orang dewasa dengan BTA positif. Penularan terjadi ketika seseorang menghirup droplet yang dikeluarkan oleh penderita TB paru pada saat batuk, bersin, bicara, berteriak, atau bernyanyi. Tingkat penularan pasien Tuberkulosis BTA positif adalah 65%, pasien Tuberkulosis BTA negatif dengan basil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien Tuberkulosis dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif adalah 17%.  

Mengingat hal tersebut, sangatlah penting untuk memberikan perlindungan yang optimal pada anak-anak yang tinggal serumah dengan penderita Tuberkulosis paru. Begitu mudahnya kuman TB dikeluarkan oleh penderita Tuberkulosis paru pada saat mereka membuka mulut, batuk, bicara dan bernyanyi dan menginfeksi anak-anak yang menghirup udara yang terkontaminasi kuman Tuberkulosis. Gejala klinis Tuberkulosis pada anak-anak dapat berupa gejala sistemik atau umum yakni demam, batuk 2 minggu, batuk yang berulang, lesu atau tidak enak badan, anak kurang aktif, berat badan turun, tidak ada tanda pertumbuhan dalam 2 bulan sebelumnya atau gagal tumbuh meskipun ada upaya perbaikan nutrisi yang baik dalam 1 -2 bulan. Pengobatan Tuberkulosis pada anak dapat menimbulkan efek samping tertentu yang berbeda pada setiap individu, hal ini mengingat fungsi organnya belum bekerja sempurna dan kekebalan tubuh yang rentan. Study di RS. Hasan Sadikin Bandung, January 2014 sampai Mei 2017 menemukan bahwa 67%  pasien anak berusia  ≤5 tahun mengalami efek samping berupa hepatotoksisitas atau  anti-tuberculosis drug induced hepatotoxicity (ADIH) yaitu kerusakan hati yang disebabkan oleh zat kimia.

Study di beberapa Negara, Indonesia, India, Pakistan, Kenya, Malawi dan Thailand menunjukkan bahwa proporsi infeksi Tuberkulosis di antara anak-anak kontak serumah dengan orang dewasa dengan Tuberkulosis aktif (BTA positif) memiliki proporsi yang lebih tinggi terinfeksi Mtb. Faktor risiko penularan Tuberkulosis  pada anak antara lain status imunisasi BCG, satus gizi anak, pengetahuan orang tua, social  ekonomi dan lingkungan fisik rumah. Faktor lingkungan fisik rumah yang buruk seperti kurangnya pencahayaan alami dalam rumah, ventilasi, sirkulasi udara, kelembaban dan kepadatan hunian menyebabkan keberadaan Mycobacterium TB di udara  bertahan lebih lama dan memiliki risiko infeksi Mycobacterium yang lebih besar.

Anak-anak yang tinggal serumah tangga dengan orang dewasa penderita TB BTA positif berisiko terinfeksi Mycobacterium TB. Faktor sanitasi lingkungan fisik seperti ventilasi yang buruk, kelembaban yang tinggi, pencahayaan alami yang buruk menyebabkan kehadiran Mycobacterium tuberculosis di udara lebih lama dan memiliki risiko infeksi Mycobacterium tuberculosis yang lebih besar. Selain itu, kepadatan hunian yang tinggi di sebuah rumah dan sejumlah besar anggota rumah tangga menyebabkan kontak lebih sering dan peningkatan risiko terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Faktor lingkungan fiskik yakni ventilasi, suhu ruangan, pencahayaan alami, kelembaban, dan  kepadatan secara signifikan meningkatkan infeksi TB pada anak-anak dan rumah tangga kontak dengan orang dewasa yang memiliki TB aktif. Upaya pencegahan penularan Tuberkulosis dengan meningkatkan sanitasi lingkungan fisik rumah dan perilaku sehat pasien Tuberkulosis paru.  Sanitasi lingkungan fisik yang sehat melalui pencahayaan alami dalam ruangan, ventilasi dan sirkulasi udara yang baik serta kebersihan rumah. Pasien Tuberkulosis berperilaku sehat dengan selalu menggunakan masker, tidak meludah sembarangan, menggunakan alat makan dan minum tersendiri, mencuci tangan dengan sabun dan minum obat secara teratur. Mari kita lindungi anak-anak, generasi bangsa dari penyakit Tuberkulosis menuju generasi yang sehat dan berkualitas prima.

Penulis: dr. FARID DL, M.KL

Link terkait tulisan di atas: Enviromental Risk Factor Of Tuberculosis Among Children And Household Contact With Adults Having Active TB: A Review

https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/20190826155031VOL_15_SUPP3_AUGUST_2019.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).