Politik Organisasi Beri Pengaruh Positif pada OCB

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

OCB dapat dalam bentuk voice behaviour atau penyampaian ide-ide untuk memecahkan permasalahan. Akan tetapi voice behavior dapat membuat pimpinan  merespon negatif karyawan yang melakukan voice behavior. Karyawan melakukan OCB. Pertama, social exchange theory diartikan ketika tindakan atau perilaku seseorang bergantung pada perlakuan yang diberikan oleh orang lain. Berdasarkan teori tersebut, seseorang melakukan OCB karena mereka merasa puas dengan pekerjaan dan organisasinya sehingga pegawai memberikan timbal balik dalam bentuk OCB kepada organisasi.

Kedua, impression management theory yang menjelaskan bahwa karyawan  melakukan OCB karena ingin dinilai baik oleh orang lain.  Salah satu lingkungan kerja yang mempengaruhi OCB adalah politik organisasi.  Perceived Organizational Politics (POP) berpengaruh terhadap OCB. Politik organisasi merupakan fenomena yang secara alami terjadi dalam organisasi. Meskipun demikian, praktik politik sering menciptakan ketidakadilan dan ketidakpastian memahami lingkungan organisasi sehingga sering dipersepsikan negatif oleh anggota organisasi atau sering disebut dengan Perceived Organizational Politics (POP).

POP merupakan interpretasi subjektif pegawai terhadap praktik politik di lingkungan organisasi bahwa OP dipersepsikan sebagai perilaku negatif seperti rendahnya job attitude, unsatisfaction, unjusticedanself serving. Organisasi dengan iklim politik yang tinggi cenderung mengambil keputusan berdasarkan like or disklike, sehingga memihak pada salah kelompok saja sehingga pegawai merasakan ketidakadilan dalam organisasi. Disisi lain politik organisasi juga  memiliki dampak yang positif seperti membuat pekerjaan cepat selesai, mendapatkan sumber daya yang diinginkan, meningkatkan kesejahteraan seseorang, meningkatkan networking skill dan tentunya semua hal tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi. Karyawan  memersepsikan praktik politik sebagai hal negatif atau positif tergantung pada benefit yang akan diterimanya.

POP menimbulkan dampak psikologis yang mendasari pegawai akan menghindar, diam atau terlibat dalam praktik politik. Praktik OP yang tinggi membuat pegawai terpengaruh untuk ikut terlibat. Beberapa literatur menyatakan bahwa politik organisasi dapat merangsang pegawai untuk mencari kontrol, pengakuan, kekuasaan, status, dan kesuksesan. Karena politik organisasi menghasilkan distribusi sumber daya yang tidak adil dan tidak dapat diprediksi, individu pasif lebih mungkin dieksploitasi atau menderita kerugian. Oleh karena itu, pegawai perlu secara aktif memperjuangkan sumber daya atau berusaha untuk mendapatkan perlakuan yang adil. Sehingga ada kemungkinan bahwa beberapa orang memiliki keinginan kuat untuk terlibat praktik politik dengan tujuan masing-masing. 

Hal tersebut menjadi alasan bahwa jabatan atau career merupakan tujuan utama pegawai melakukan politik. Proses karyawan  melakukan politik dengan tujuan career dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah melalui perilaku yang dapat memberikan image positif pada dirinya tanpa harus bergantung pada kompetensi profesional yang dimiliki.  Kondisi politik organisasi yang tinggi akan mencerminkan ketidakadilan dalam organisasi sehingga pegawai memiliki persepsi bahwa karier hanya ditentukan oleh hubungan kepercayaan dan image positif di mata pimpinan dibandingkan dengan kinerja atau kompetensi.

Hal tersebut, membuat pegawai memiliki anggapan bahwa karier yang baik bisa didapatkan melalui kegiatan-kegiatan non kinerja atau disebut dengan careerism.  Pegawai yang memiliki keyakinancareerism akan memberikan perilaku extra role kepada teman kerja ataupun pimpinan. Karyawan  yang memiliki career orientation tinggi akan melakukan OCB, sebaliknya  yang kurang memiliki career orientation sedikit melakukan OCB. Sehingga membangun image yang baik pada atasan akan memperlancar promosi jabatan dibanding dengan mengandalkan kinerja saja.

  Metode Dan Hasil Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan tujuan untuk mengkonfirmasi hubungan antar variabel. Sampel  penelitian ini adalah karyawan di organisasi yang dimiliki pemerintah.  Pengujian  hipotesis menggunakan partial least square (PLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa POP berpengaruh positif terhadap OCB, POP berpengaruh terhadap OCB melalui careerism karena pegawai yang memersepsikan iklim politik yang tinggi dalam organisasinya cenderung akan terlibat untuk mendapatkan promosi jabatan dan karier bagus dengan cara yang tidak berbasis kinerja seperti OCB. Hasil lainnya menunjukkan bahwa psyhcological safety tidak dapat memediasi hubungan antara POP terhadap OCB karena pegawai merasa aman terhadap status quo nya meskipun dalam lingkungan dengan iklim politik yang tinggi.

Penulis :  Dr. Praptini Yulianti, SE, Msi

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm/article/view/18682

Faizal Susilo Hadi and Praptini Yulianti (2019). The Paradoxical Effect of Perceived Organizational Politics and Organizational Citizenship Behaviour. Jurnal Dinamika Manajemen, 10 (1) 2019, 68-80.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).