Perilaku Inovatif Milenial Berikan Pengaruh Positif pada Task Conflict, Job Autonomy dan Proactive Personality

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Inovasi sangat diperlukan pada keberadaan dan pertumbuhan sebuah organisasi, millenials dapat menampilkan pikiran dan perilaku innovatif serta memiliki keberanian untuk berpikir out of the box. Inovasi merujuk pada keterbaruan, kelayakan produk, proses, metodologi serta ide kreatif karyawan yang bernilai bagi organisasi (Parke, Seo, & Sherf, 2015). Perilaku inovatif karyawan adalah proses yang meliputi penciptaan, pengembangan, dan implementasi pemikiran inovatif. Millennials  memiliki  pola pikir yang  terbuka terhadap hal baru, berani mengambil kesempatan serta berani menghadapi tantangan (Mackey & Sisodia, 2012).

Beberapa studies menyatakan bahwa Millenials memiliki self esteem serta assertiveness yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya pada usia yang sama (Deal, Altman, & Rogelberg, 2010). Millenials fokus pada achievement serta mereka memiliki kebutuhan tidak hanya untuk melakukannya dengan baik, tetapi untuk unggul dan melampaui semua tujuan dan aspirasi (Kaifi et al., 2012; Kowske et al., 2010). Hal ini menyebabkan mereka untuk mencari kesempatan belajar baru (de Hauw & de Vos, 2010), millennials  lebih bersedia untuk melakukan  upaya ekstra untuk membantu keberhasilan organisasi.

Anteseden dari innovative behavior adalah  proactivity personality (Giebels, de Reuver, Rispens, & Ufkes, 2016). Studi  sebelumnya menunjukkan bahwa  proactive dispositional secara positif terkait dengan  idea generation (Giebels et al., 2016; Kim, Hon, & Crant, 2009).  Selanjutnya,  kepribadian proactive berhubungan positif dengan rate inovasi atasan langsung (Seibert, Grant, & Kraimer, 1999). Dengan demikian, karyawan dengan proactive personality akan lebih sering menghadirkan ide-ide baru, serta  berusaha  memastikan ide-ide tersebut dapat diterapkan. Proactive personality didefinisikan sebagai individu yang relatif tidak terbatasi dengan faktor situasional dan relatif tidak terbatasi sebagai individu yang mempengaruhi perubahan environment (Bateman & Crant, 1993; Seibert et al., 1999). Karyawan yang proactive akan cenderung mengidentifikasi peluang, kemudian bertindak, menunjukkan inisiatif, dan mempertahankan hingga memberikan perubahan yang berarti (Bateman & Crant, 1993; Seibert et al., 1999). Mentalitas millenials adalah selalu berusaha untuk lebih proactive dalam organisasi (de Hauw & de Vos, 2010). Preferensi dari generasi millennial yang membedakan dengan generasi sebelumnya adalah bahwa mereka lebih memilih pada kebermaknaan tugas dibandingkan dengan gaji (de Hauw & de Vos, 2010).

Millennials selalu berusaha proactive serta memiliki  self estem serta assertiveness yang kadangkala memunculkan ego dan keakuannya. Ego ini yang rawan memunculkan konflik sesama generasi dalam tugas. Konflik sesama generasi akan disikapi secara positif bagi  millennials karena mereka memiliki achievement yang tinggi dalam tugas. Konflik tugas justru akan merangsang kreativitas bagi generasi ini. Mereka tidak sekedar mencapai kinerja baik akan tetapi berusaha selalu lebih unggul dan konflik dijadikan sebagai sarana peluang untuk belajar sehingga mereka lebih toleran bila terjadi konflik.  Millennials lebih memilih lingkungan kerja yang fleksibel (Kaifi et al., 2012). Selanjutnya millennials memiliki kepercayaan diri yang tinggi  sehingga mereka  merasa  lebih dihargai apabila diberi autonomi dalam pekerjaan. Tingkat job autonomy yang tinggi memungkinkan millennials  untuk memutuskan bagaimana melakukan pekerjaan mereka (Hodgins, Brown, & Carver, 2007).  Job autonomy  dapat memperkecil timbulnya ketidak-setujuan diantara rekan kerjanya dalam konteks pekerjaan sehingga mengurangi konflik tugas dengan rekan kerja.

Metode dan Hasil

Populasi dari dari penelitian ini adalah karyawan yang termasuk dalam generasi millenial yang lahir tahun 1980 – 1994.  Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner secara online selama periode bulan Desember  2018 sampai  dengan akhir bulan Januari 2019. Pada batas akhir penyebaran kuesioner terkumpul 172 kuisioner yang menemuhi syarat untuk dilakukan pengolahan data. Pengolahan data menggunakan software Partial Least Square (PLS). Proactive  personality berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Innovatif behavior, Proactive personality berpengaruh signifikan dan positif terhadap task conflict, Task conflict berpengaruh signifikan dan positif pada innovatif behavior serta Job autonomy  memperlemah hubungan antara Proactive personality dengan  task conflict.

Penulis : Dr. Praptini Yulianti, SE, Msi

Informasi detail dari riset inidapat dilihat pada tulisan:

https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jasa/article/view/4358

Praptini Yulianti dan Fardian Putra Arifin (2019). Innovative Behavior on Millennials : Antecedent Proactive Personality and Task Conflict with Moderating Job  Autonomy. Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa, Vol. 12 No. 2 September 2019: 177-190 : http://dx.doi.org/10.25105/jmpj.v12i2.4358

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).