Peran Stimulasi Elektrikal Neuromuskular untuk Kelemahan Otot di ICU

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Belakangan, angka harapan hidup pasien dengan penyakit kritis relatif meningkat. Lama perawatan pasien di intensive care unit (ICU) pun semakin memanjang. Hal ini berarti bahwa angka imobilisasi lama pasien di intensive care unit (ICU) juga meningkat. Padahal, imobilisasi lama dapat menyebabkan berbagai penurunan fungsi organ tubuh dan dapat menimbulkan komplikasi yang akan mempengaruhi outcome fungsional dari pasien yang sedang menjalani perawatan di ICU.

Salah satu penurunan fungsi organ yang terjadi akibat imobilisasi lama di ICU adalah timbulnya kelemahan otot, yang biasa disebut dengan ICU-acquired muscle weakness (ICU-AW). Ada beberapa faktor risiko yang menimbulkan ICU-AW ini termasuk imobilisasi lama, inflamasi sistemik, dan oversedasi, Belakangan, diketahui juga faktor risiko yang masih kontroversi, yaitu penggunaan kortikosteroid, obat neuromuscular blocking dan hiperglikemia.

Mekanisme patofisiologi dari ICUAW ini adalah multifaktorial. Adanya disfungsi mikrosirkulasi serta hiperglikemia disinyalir menjadi salah satu pemicu timbulnya ICUAW. Disfungsi mikrosirkulasi dapat menimbulkan cedera saraf yang berakhir ke axonal degeneration. Selain itu, terjadinya inaktivasi channel sodium juga diprediksi memicu timbulnya neuropati dan miopati pada penyakit kritis yang memerlukan manajemen rehabilitasi.  

Manajemen rehabilitasi medik di ICU dikenal dengan sebutan Acute Medical Rehabilitation (AMR) yang didefinisikan sebagai suatu program rehabilitasi yang komprehensif di bawah manajemen seorang spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi selama hari-hari atau minggu-minggu pertama dari suatu cedera atau penyakit yang dialami penderita.

Beberapa strategi terbaru dikembangkan untuk mengatasi gangguan tersebut, salah satunya dengan stimulasi elektrikal neuromuskuler. Salah satu bentuk terapi fisik ini diketahui dapat membantu menstimulasi saraf perifer dan meningkatkan kontraksi otot. Stimulasi elektrik sendiri prinsip kerjanya berdasar proses neurologis. Stimulasi elektrik yang dikenal adalah neuromuscular electrical stimulation atau sering disingkat NMES. NMES ini merupakan aplikasi dari stimulasi listrik yang memproduksi kontraksi otot rangka sebagai suatu hasil dari stimulasi elektrik perifer perkutan. Tujuan dari NMES adalah untuk penguatan otot, terutama pada kondisi imobilisasi lama. Tujuan yang lain adalah mempertahankan massa otot, serta melatih otot secara selektif.

Penulis: Hanik Badriyah Hidayati

Informasi detail tulisan ini dapat dilihat di

Martha Kurnia Kusumawardani, Dewi Poerwandari, Inggar Narasinta, Hanik Badriyah Hidayati, Imam Subadi. 2019. The role of neuromuscular electrical stimulation for rehabilitation in ICU acquired weakness.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).