Pakar Kaji Kebijakan dan Tindakan Komprehensif Atasi Peningkatan Penyakit Kronis di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Indonesia untuk beberapa tahun kedepan dapat berada di ambang epidemi apabila tidak ada kebijakan dan kontrol khusus untuk penyakit tidak menular (PTM).  Hal ini terjadi karena di Indonesia penyakit kronis semakin meningkat tiap tahunnya, ambillah contoh prevalensi merokok pada kalangan remaja yang meningkat sebesar 26%.

Pemerintah berfokus pada tujuh bidang strategis yang meliputi peraturan, pengawasan, deteksi dini faktor risiko, informasi, pendidikan dan komunikasi, peningkatan manajemen kasus, peningkatan partisipasi masyarakat dan replikasi program PTM pada dekade terakhir ini. Namun, sebagian besar dari program yang sudah ada belum menyeluruh, dan pelaksanaannya seringkali masih bersifat sektoral.

Berangkat dari fenomena tersebut, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Susy Katikana Sebayang S.P., M.Sc., Ph.D. memberikan penilaian dan diskusi tentang kebijakan dan tindakan yang diperlukan di negara ini. Hal ini termasuk pula upaya komprehensif untuk mengurangi penggunaan tembakau dan pola makan yang tidak sehat, kebutuhan untuk mengarahkan kembali sistem kesehatan untuk pencegahan dan kontrol PTM yang lebih baik, dan promosi penelitian terkait PTM yang masih kurang.               

“Langkah kebijakan yang dapat di lakukan Indonesia yaitu terkait minuman dan makanan sehat perlu dibuat dan mulai diberlakukan. Kebijakan ini dapat berupa promosi dan subsidi makanan sehat, penerapan pajak makanan tidak sehat, kewajiban pencantuman komposisi makanan, pelabelan dan pembatasan iklan makanan tidak sehat di televisi, di luar ruangan maupun di media sosial,” jelas dosen yang akrab disapa Susy tersebut.

Diperlukan sistem kesehatan yang menyeluruh, tambahnya, dari perawatan primer hingga tersier dalam mencegah dan pengendalian PTM. Maka dari itu Indonesia perlu melembagakan skrining dini untuk faktor resiko PTM seperti obesitas, hipertensi dan kolesterol tinggi, seperti di Malaysia dan Thailand. Penelitian terkait PTM di Indonesia juga harus ditingkatkan.

Susy menegaskan, penelitian lanjut mengenai faktor sosial penentu PTM, integrasi pengawasan PTM rutin ke dalam sistem informasi kesehatan nasional, efektivitas biaya intervensi makanan, langkah-langkah pengendalian tembakau dan peningkatan respon sistem kesehatan terhadap PTM sangat diperlukan.  Meskipun PTM menyumbang 67% dari kematian di negara berkembang, hanya 1% dari pendanaan kesehatan global yang diberikan untuk mengatasi PTM, oleh karena itu prioritas pendanaan penelitian PTM sangat diperlukan. 

“Hal tersebut di atas merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia.  Oleh karena itu pemerintah nasional maupun daerah perlu duduk bersama untuk segera merancang program dan membuat kebijakan komprehensif untuk mecegah dan menanggulangi beban dari PTM ini,” pungkasnya.

Penulis : Dian Putri Apriliani

Editor : Nuri Hermawan

Link:https://academic.oup.com/inthealth/advance-article/doi/10.1093/inthealth/ihz025/5531085

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).