Kembangkan Produk Pakan Ternak Bebas Residu, Antarkan Prof. Sri Hidanah Jadi Guru Besar UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof Sri Hidanah saat memberikan orasi ilmiahnya pada pengukuhan guru besar baru. (Foto: Muhammad Alif Fauzan)

UNAIR NEWS – Penggunaan obat-obatan dalam usaha peternakan hampir tidak dapat dihindarkan.  Hal itu karena ternak diharapkan selalu dapat berproduksi secara optimal untuk selalu dalam keadaan sehat.

Permasalahan tersebut membuat Prof. Dr. Ir. Sri Hidanah, MS., melakukan penelitian tentang pengembangan produk pakan suplemen bebas residu antibiotik. Saat dikukuhkan menjadi guru besar Universitas Airlangga ke 486 pada Sabtu (29/11/2019), Prof. Sri menyampaikan beberapa hasil penelitiannya.

“Pemakaian antibiotika secara tidak tepatdapat  akan menimbulkan residu dalam produk daging, dan telur,” ungkapnya.

Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) tersebut mengungkapkan residu merupakan suatu permasalahan yang serius yang selama ini mungkin tidak disadari oleh konsumen. Daging dan  telur yang mengandung residu antibiotik jika dikonsumsi secara terus menerus akan  membahayakan dan menurunkan  kesehatan masyarakat.

Prof. Sri dalam pidatonya mengungkapkan jenis residu antibiotik yang terdapat pada daging ayam meliputi Sulfa, Oksitetrasiklin, Enrofloksasin, dan Tetrasiklin. Sementara residu pada hati ayam adalah  jenis Oksitatrasiklin, Siprofloksasin, Enrofloksasin, Makrolida dan tetrasiklin.

“Sampel yang saya temukan dari pasar modern dan tradisional di Surabaya dan Jakarta ternyata telur, daging, hati, dan ceker memiliki residu antibiotik,” ujarnya.

Pelarangan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP) di Indonesia sebagai imbuhan pakan berdampak kepada peternak unggas. Sebagai langkah antisiatif, perlu adanya suplemen bebas reside antibiotik

Produk alternatif Pengganti AGP

Sebagai alternatif, berbagai produk bisa digunakan sebagai  produk alternatif pengganti AGP seperti enzim, probiotik, prebiotik, essensial oil, asam organik, simbiotik, dan bioaktif tanaman. Tidak hanya itu, produk nano partikel ekstraktanaman meniran dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan alternatif yang disebabkan penyakit Avian PhatogenicEscherichia coli (APEC), Salmonellosis, Chronic respiratory disease (CRD)  pada ayam pedaging dan petelur yang berpotensi sebagai penghambat pertumbuhan dan produktivitas. 

“Penggunaan ekstrak meniran yang telah dicampur dengan mineral dengan dosis 3-5 kg/ton pakan jadi, dapat memacu produksi dan kualitas telur,” tuturnya.

Prof. Sri juga menambahkan penggunaan ekstrak meniran dapat memacu pertumbuhan unggas, menurunkan konversi  pakan, mencegah diare, serta dapat mengeringkan dan mengurangi bau kotoran. Ekstrak meniran, imbuhnya, dapat digunakan sebagai pengembangan antibiotik alami dan immunumodulator yang murah dan aman dari residu antibiotik.

Penulis: Aditya Novrian

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).