Teliti Durasi Pemberian ASI Eksklusif dan Penghentian Menyusui Dini di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Air Susu Ibu (ASI) telah terbukti secara ilmiah sebagai sumber nutrisi terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, tetapi juga faktor bioaktif yang berkontribusi untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh (Ballard, 2013). ASI terbukti telah memberikan manfaat yang luar biasa sehingga World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar setiap bayi mendapatkan ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan (WHO, 2018).

Memberikan ASI eksklusif dapat mencegah kematian 823.000 anak balita per tahun di negara-negara berkembang (Victoria, 2016). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan antara praktik pemberian ASI eksklusif dan kematian bayi. Selain itu, memberikan ASI eksklusif berkontribusi mengurangi risiko penyakit infeksi pada bayi, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Efek jangka panjang dari pemberian ASI eksklusif adalah melindungi anak-anak dari penyakit kronis pada saat dewasa dan meningkatkan skor kecerdasan (Anatolitou, 2017; Khan, 2017;Kelishadi, 2018;Rollins, 2016).

Selain memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak, pemberian ASI eksklusif juga dapat mempercepat pemulihan postpartum dan memberikan efek perlindungan pada kesehatan ibu, seperti kanker payudara dan kanker ovarium (Anatolitou, 2017; Beatty, 2017). Selain itu, memberikan ASI eksklusif juga dapat menekan konsekuensi ekonomi seperti kerugian ekonomi lebih dari $ 302 miliar per tahun.

Secara umum, tingkat menyusui di dunia cukup rendah. Berdasarkan laporan Global Breastfeeding Scorecard yang mengevaluasi data menyusui dari 194 negara, persentase bayi di bawah enam bulan yang diberikan ASI eksklusif hanya 40%. Selain itu, hanya 23 negara yang pemberian ASI eksklusifnya di atas 60% (United Nations Children’s Fund(UNICEF), 2017). Beberapa penelitian juga menemukan bahwa probabilitas survival kumulatif dari pemberian ASI eksklusif menurun secara bertahap pada bulan-bulan pertama kehidupan. Selain itu, usia ibu, status sosial ekonomi, jumlah paritas, faktor psikososial, persalinan sesar, persepsi tentang ASI yang tidak memadai, konseling pemberian makanan selama perawatan postnatal, dan lamanya waktu melahirkan ibu merupakan prediktor dari durasi menyusui (Vieira, 2014; Robert, 2014;Kasahun, 2016).

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki peraturan dalam mendukung praktik pemberian ASI eksklusif. Namun, tingkat pemberian ASI eksklusif di negara ini rendah. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, hanya 42% anak-anak di bawah usia enam bulan yang disusui secara eksklusif (Beatty, 2017). Selain itu, bukti tentang probabilitas survival kumulatif selama periode pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhi durasi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami tertarik untuk melihat probabilitas survival kumulatif pada pemberian ASI eksklusif dan mengidentifikasi prediksi dari penghentian menyusui dini di Indonesia.

Hasil penelitian kami dengan menggunakan data The Indonesian Family Life Survey 5 (IFLS5) pada 1088 ibu bayi yang berusia 6-12 bulan di Indonesia dengan menggunakan analisis survival ditemukan bahwa setengah dari penghentian pemberian ASI eksklusif terjadi pada bulan pertama usia bayi.  Sementara probabilitas survival pemberian ASI eksklusif adalah 21,3%. Durasi rata-rata menyusui di Indonesia adalah 2,03 bulan. Hasil dari cox regression mengungkapkan bahwa pendidikan dan tempat persalinan ibu berperan untuk memprediksi penghentian menyusui dini.

Durasi menyusui di antara ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi lebih lama daripada kelompok ibu yang berpendidikan rendah. Hal yang sama juga terjadi pada ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Mereka tidak cenderung berhenti menyusui dini. Program promosi pemberian ASI eksklusif dapat pada kelompok pendidikan rendah. Profesional kesehatan juga dapat dilatih untuk memberikan dukungan menyusui dan informasi yang valid tentang pemberian ASI eksklusif untuk ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan.

Penulis: Erni Astutik

Informasi lebih detail mengenai artikel ini dapat dilihat di:

https://www.atlantis-press.com/proceedings/icssh-18/55914055

Tama, T. D., & Astutik, E. (2019, February). Exclusive Breastfeeding Survival And Factors Related to Early Breastfeeding Cessation in Indonesia. In 2nd International Conference on Sports Sciences and Health 2018 (2nd ICSSH 2018). Atlantis Press.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).