L-Arginine Bisa untuk 70 Kali Inseminasi Buatan pada Kambing

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi inseminasi buatan pada kambing. (Sumber: Sains Kompas)

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang menjadi salah satu pilihan bahan pangan (kambing atau susu) karena antara lain mudah dikembangbiakkan. Pakan kambing juga tidak sulit, dapat diperoleh dari lahan sekitar rumah yaitu rerumputan dan berbagai macam dedaunan. Makanan tambahan bisa berasal dari kacang-kacangan, bungkil kelapa, dll. Kebutuhan daging kambing dari tahun ke tahun terus menimgkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan daya beli masyarakat.

Konsumsi masayarakat terhadap daging kambing terus meningkat dari tahun ke tahun, apalagi untuk kebutuhan selama Idul Kurban. Kambing berkontribusi penting dalam pemenuhan gizi Masyarakat.  Kuliner khas Indoneisa berbahan daging kambing sangat beragam, hasil penelusuran secara online menemukan sebanyak 5.253 resep masakan, diantaranya yang sangat populer adalah sate kambing, gule kambing, tengkleng kambing,  kare kambing dll.

Usaha ternak kambing pada umumnya dilakukan oleh rakyat atau peternakan skala rumah tangga secara kultural dengan rata-rata tingkat pemilikan hanya 4-6 ekor, tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan Kepmentan Nomor 830 Tahun 2016 diatur pengembangan peternakan berbasis kawasan, lokasi kawasan pengembangbiakan kambing berada di 11 provinsi dan 26 kabupaten.

Kambing Ettawa termasuk jenis kambing yang favorit di Indonesia. Berat badan kambing Ettawa jantan dapat mencapai bobot 91 kg, sedangkan yang betina 80 kg. Bentuk badan persegi panjang, punggung rata, tinggi badan kambing jantan dapat mencapai 90 -127 cm, sedangkan yang betina 85-92 cm. Kabing Ettawa mengalami dewasa kelamin pada umur 15 bulan, masa kebuntingan 146-155 hari dengan jumlah anak 1-2 ekor.

Setelah melahirkan, induk kambing akan birahi kembali 21-42 hari setelah melahirkan, namun demikian jangan keburu dikawinkan lagi untuk memberi kesempatan anak kambing untuk menyusu sampai cukup. Disarankan dikawinkan pada birahi ketiga atau keempat atau sekitar dua bulan setelah melahirkan, dengan demikian jarak antar melahirkan yang baik adalah 8 bulan.

Perkawinan kambing Ettawa dapat dilakukan dengan cara kawin alam maupun inseminasi buatan. Dengan teknik inseminasi buatan keuntungannya antara lain adalah menghemat biaya pemeliharaan, karena tidak perlu memelihara pejantan. Haya kambing pejantan yang unggul saja yang dipelihara sebagai pemacek untuk diambil spermanya, sedangkan pejantan-pejantan lain (yang tidak termasuk bibit unggul) digemukkan untuk kemudian dijual sebagai hewan potong.

Pada teknik kawin dengan cara inseminasi buatan, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sperma kambing pejantan menggunakan vagina buatan. Sperma (ejakulat) yang diperoleh selanjutnya diperiksa kualitasnya untuk menilai kelayakannya. Pengenceran sperma dilakukan untuk memberi nutrisi dan lingkungan yang baik bagi sel-sel sperma, dan agar volume ejakulat lebih banyak sehingga mudah untuk dibagi menjadi beberapa dosis.

Sekali ejakulasi kambing Ettawa jantan dapat menghasilkan rata-rata 2,5 ml dengan konsentrasi 3.995 juta sel sperma per ml. Hanya sel sperma yang mampu bergerak maju (progresif) yang nantinya akan mampu membuahi sel telur. Di antara jumlah sel sperma dalam sekali ejakulasi rata-rata yang bergerak progresif sekitar 85%.

Inseminasi buatan untuk seekor kambing betina dibutuhkan 125 juta sel sperma progresif. Dengan demikian apabila dengan kawin alam seekor pejantan hanya dapat mengawini seekor induk dalam satu kesempatan, maka dengan teknik inseminasi buatan satu kali ejakulasi dapat digunakan untuk inseminasi buatan untuk 56 ekor betina.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila ditambah dengan L-Arginin dalam larutan pengencernya, maka satu ejakulat  yang diperoleh bukan hanya dapat digunakan untuk inseminasi buatan untuk 56 ekor, tetapi meningkat untuk 70 ekor betina.

Sebagaimana pada hewan ternak lain, perkawinan termasuk inseminasi buatan dilakukan hanya ketika kambing betina sedang birahi. Birahi alami kambing akan berulang setiap 18-24 hari (rata-rata 21 hari), dengan lama waktu birahu 24-48 jam, sehingga dalam suatu populasi kambing betina tidak mungkin mengalami birahi alami secara bersamaan.

Agar jumlah kambing betina yang birahi setara dengan jumlah dosis sperma yang telah diencerkan, maka pada populasi kambing betina yang tidak bunting dapat dilakukan penyerentakan birahi dengan menyuntikkan hormone prostaglandin F2 alfa. Keuntungan penyerentakan birahi antara lain adalah tersedianya kambing betina birahi dalam jumlah banyak untuk dilakukan inseminasi buatan.

Meskipun demikian, tidak jarang terjadi bahwa kambing betina birahi yang siap diinseminasi jumlahnya kurang dibandingkan dosis sperma yang tersedia, sehingga terdapat sisa yang sudah barang tentu sangat disayangkan kalau dibuang. Sisa sperma tersebut dapat disimpan dalam kulkas atau pada suhu 5 derajat celcius. Dalam penyimpanan tersebut sel sperma progresif dapat bertahan lima hari dan masih dapat digunakan untuk inseminasi pada 31 kambing betina, sedangkan apabila ditambahkan dengan L-Arginin dapat digunakan untuk inseminasi untuk 37 kambing betina.

Teknik inseminasi buatan menggunakan semen segar yang diencerkan dengan suplementasi L-Arginin dapat digunakan untuk mendukung usaha pemerintah dalam pengembangan ternak kambing berbasis kawasan menuju swasembada protein hewani. Tidak tertutup kemungkinan kelak kambing menjadi komoditas ekspor ke negara-negara konsumen kambing seperti beberapa Negara Asia dan Timur Tengah. Imus (30/10/2019/22.15).

Penulis: Imam Mustofa

Informasi detil dari artikel ilmiah (publikasi) hasil riset ini dapat dilihat pada link:

http://www.veterinaryworld.org/Vol.12/November-2019/14.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).