Peneliti FST UNAIR Temukan Jenis Plankton Pe-remediasi Logam Berat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Logam berat adalah, kelompok unsur logam dengan massa jenis lebih besar dari 5gr/cm3, dimana pada tingkat tertentu mampu menjadi bahan beracun dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Selain itu, logam berat juga merupakan salah satu polutan yang sering diidentifikasi di lingkungan perairan.

Dijelaskan oleh salah satu peneliti dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR, Prof. Dr. Agoes Soegianto, Ir., DEA., bersama tim, bahwa berdasarkan sudut pandang biologis, logam berat dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu esensial dan non-esensial. Serta, keberadaan logam berat di lingkungan perairan dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk limbah industri, limbah domestik, limbah pertanian, pelepasan dari sedimen yang terkontaminasi atau peluruhan dari atmosfer.

“Yang termasuk dalam kategori logam berat cukup banyak, namun yang lebih dikenal sebagai sumber polutan air yaitu Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu),” ungkapnya.

Prof. Agoes melanjutkan, tembaga termasuk dalam logam berat esensial, dan merupakan mikronutrien yang penting untuk pertumbuhan dan metabolisme berbagai alga, cyanobacteria, dan organisme lain.

“Namun, pada konsentrasi tinggi dan waktu paparan yang lama, tembaga dapat mempengaruhi aktivitas fotosintesis dan menghambat proses metabolisme yang terkait dengan pertumbuhan organisme,” jelasnya.

Sedangkan Kadmium merupakan jenis logam berat non-esensial yang manfaatnya belum diketahui jika mampu bermanfaat atau menguntungkan bagi organisme. Di lain sisi, Kadmium digunakan sebagai bahan pelapis logam atau elektroplating, stabilizer, pewarnaan plastik dan baterai industri.

“Dalam lingkungan akuatik, logam kadmium akan mengalami biotransformasi dan bioakumulasi pada organisme hidup. Kemudian, kandungan logam dalam organisme ini akan meningkat (biomagnifikasi), dan biota yang menduduki posisi trofik tertinggi dalam rantai makanan akan mengalami akumulasi terbesar,” imbuhnya.

Mengatasi hal tersebut, Prof Agoes bersama tim berhasil menemukan salah satu jenis plankton yang mampu meremediasi atau mengurangi konsentrasi logam berat Kadmium dan Tembaga di lingkungan perairan, yaitu mikroalga Chaetoceros calcitrans.

Cara pengujian bahwa Chaetoceros calcitrans mampu meremediasi logam berat yaitu, dengan cara memaparinya dengan logam berat Kadmium dan Tembaga selama 96 jam dengan konsentrasi yang berbeda-beda, mulai dari perlakuan kontrol (tanpa logam berat); konsentasi 0,7; konsentrasi 1,3; dan konsentrasi 1,9; dengan 3 ulangan.

“Hasil menunjukkan bahwa paparan logam berat dapat secara signifikan mengurangi kepadatan mikroalga. Artinya, tubuh mikroalga mampu menyerap kandungan logam berat, sehingga konsentrasi logam berat di perairan menjadi turun,” jelasnya.

Selanjutnya, pertumbuhan mikroalga telah menurun dengan meningkatnya konsentrasi logam berat. Kepadatan akhir mikroalga menunjukkan bahwa Tembaga lebih beracun daripada Kadmium. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai IC50 logam berat Tembaga yang lebih rendah dari Kadmium, yaitu masing-masing 0,384 dan 0,409 ppm.

Penulis: Bastian Ragas

Editor : Nuri Hermawan

Website:

http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9717&iid=277&jid=4

Dan: https://www.researchgate.net/publication/335991557_POTENTIAL_HEAVY_METALS_REMEDIATION_TEST_ON_CHAETOCEROS_CALCITRANS?_sg=XeXM4bwJCL_5FvMvDhTZE7lZqmzFw4jMX2isJOMpskCCnyfJxpEEY4E2pJ6JJ5m89LjM2FApyYdvZwpT_5pN6GabIaD0qS8HEHxpfP5l.E_q7nMxfUYPuQwFh_9DEr0cj1PciDk_8pKB-8P7mol34AxsefTvOPOkcOymg9lPEJuEquRLB0KPOMFKfc_kifw

Pratiwi D.C, Pratiwi N, Guntur, Dyah K.R, Soegianto Agoes. Potential Heavy Metals Remediation Test On Chaetoceros calcitrans. Poll Res. 38 (August Suppl. Issue) : S18-S21 (2019) ISSN 0257–8050.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).