Dosen UNAIR Ungkap Bahaya Residu Karbofuran dapat Picu Kematian Sel Otak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Karbofuran merupakan salah satu bahan kimia yang terkandung dalam obat pembasmi hama tanaman seperti pestisida dan insektisida. Sebagaimana diketahui, pestisida sering digunakan untuk melindungi tanaman dari serangan hama atau hewan yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Penggunaan pestisida pada tanaman akan menyebabkan residu karbofuran juga menempel pada bagian tanaman tersebut. Jika bagian tanaman yang terpapar karbofuran tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka akan menimbulkan dampak negatif pada tubuh, khususnya otak.

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR sekaligus guru besar bidang biotekno embriologi, Prof. Dr. Widjiati, M.Si., Drhmenjelaskan dampak residu karbofuran bagi perkembangan otak anak. Hasil temuan dari penelitiannya menunjukkan bahwa kandungan karbofuran dapat memicu terjadinya kematian sel otak secara signifikan. Bahkan, karbofuran dapat menyebabkan kecacatan janin bagi ibu hamil.

“Karbofuran itu sebenarnya bahan toxic, bahan berbahaya karena dia teratogen. Teratogen itu semua bahan kimia apapun yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil yang dia menembus membran plasenta dan mengganggu proses pembentukan organ, dan menyebabkan cacat (pada janin, Red),” jelas Prof. Widjiati.

“Jika residu karbofuran menempel pada makanan kemudian dikonsumsi oleh ibu hamil akan menjadi agen teratogen yang menyebabkan teratologi atau kecacatan,” lanjutnya.

Dalam penelitiannya, Prof. Widjiati juga menyertakan beberapa hasil penelitian terdahulu terkait dampak karbofuran bagi tubuh manusia. Diantaranya, terdapat beberapa kasus bayi yang lahir dengan kelainan, seperti refleks yang menurun dan keterampilan motorik, kelainan perkembangan fungsi otak, seperti degenerasi kemampuan menghafal dan berkonsentrasi.

“Pada hewan yang diuji, kontaminasi karbofuran menyebabkan stres oksidatif dan melemahkan fungsi motorik, memori, dan kognitif. Seperti halnya organofosfat, induksi karbofuran menghasilkan kerusakan oksidatif yang signifikan pada korteks serebral, otak kecil, dan otak,” sebutnya

Selain pada ibu hamil, karbofuran juga berbahaya selama periode laktasi. Selama periode laktasi, ibu yang terkontaminasi karbofuran kemudian menyusui anaknya, maka si anak akan ikut terpapar karbofuran. Residu karbofuran tersebut semakin lama dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. 

“Kalau perkembangan otak anak terpengaruh maka kecerdasannya akan terganggu. Jumlah neuronnya bisa turun, jumlah sel-sel otak bisa berkurang, atau juga mengganggu sitokin yang ada di otak. Kalau jumlah sel otak banyak yang mati, maka jumlahnya akan menurun. Otomatis daya ingat bisa berkurang,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Prof. Widjiati mengimbau agar selalu mencuci sayur dan buah sebelum dikonsumsi. Sebab, karbofuran bersifat larut dalam air. Proses pencucian buah dan sayur yang tepat dapat menghilangkan atau mengurangi kadar karbofuran pada buah atau tanaman tersebut. 

“Karbofuran yang menempel pada makanan dapat dilarutkan dengan mencuci atau merendam dengan air. Cuci dua atau tiga kali. Paling tidak, proses pencucian atau perendaman akan mengurangi konsentrasinya (karbofuran, Red) yang menempel pada buah dan sayur,” terangnya. (*)

Penulis: Zanna Afia 

Editor: Nuri Hermawan

Referensi

Widjiati, Epy Muhammad Luqman, & Lita Rakhma Yustinasari. 2018. Brain Cells Death on Infant Mice ( Mus musculus ) Caused by Carbofuran Exposure During the Lactation Period. Kafkas Univ Vet Fak Derg. Vol 24 (6): p. 845-852.

Link

https://www.semanticscholar.org/paper/Brain-Cells-Death-on-Infant-Mice-(-Mus-musculus-)-Luqman-Widjiati/c20bae2e9a9a7033c7803419cbd48f39e9082914

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).