Dosen FKM Banyuwangi: Penting untuk Ketahui Alur Penularan Diare Anak-Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia terutama dalam bidang kesehatan adalah edukasi mengenai air, sanitasi, dan kesehatan, yang dikenal juga sebagai water, sanitation, and hygiene (WASH). Padahal, WASH sangat berpengaruh terhadap penularan diare yang hingga saat ini masih menjadi pembunuh utama anak-anak di Indonesia.

Berlatarbelakang hal ini, Susy Katikana Sebayang S.P., M.Sc., Ph.D bersama timnya melakukan penelitian dengan menggunakan data tahun 2012 dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Fokus utama dari penelitian ini analisis identifikasi penyebab diare terhadap anak di bawah usia 24 bulan dan telah dilaporkan selama dua minggu.

Adapun indikator WASH yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sumber air minum, pengolahan air rumah tangga, ketersediaan sabun dan penggunaan untuk mencuci tangan, serta pelaporan pembuangan kotoran anak.

“Dari penelitian ini, kami menemukan bahwa anak di bawah 24 bulan yang tinggal di lingkungan rumah dengan praktik pembuangan kotoran yang tidak aman memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terkena diare. Namun, tidak seperti penelitian nasional atau bahkan internasional lainnya, kami tidak menemukan hubungan antara sanitasi, akses ke air, ketersediaan sabun, dan peningkatan kualitas air dengan diare,” jelas Susy.

Salah satu contoh nyata yang pernah terjadi di Jakarta Utara, lanjutnya, adalah saat daerah kumuh perkotaan ini malah berhasil mengurangi diare pada anak usia 6 hingga 36 bulan hingga di angka 49%. 

Kemungkinan alasan lain terjadinya diare selain faktor WASH adalah karena anak-anak di bawah usia 2 tahun cenderung mudah terpapar dan terkontaminasi, baik di area bermainnya, hingga ke pengasuhnya.

“Penelitian ini tidak tergantung pada status sosial ekonomi dan karakteristik populasi lainnya, namun terfokus pada sanitasi yang tidak ditingkatkan dan jenis kelamin anak. Temuan dalam penelitian ini patut mendapat perhatian lebih besar terutama pada pembuangan kotoran anak secara aman,” pungkas Susy.

Susy dan timnya berharap, hasil dari penelitian ini dapat dikahi dan menjadi pertimbangan dalam menrancanf kebijakan sanitasi, implementasi, dan pemantauan dalam program sanitasi di Indonesia. Peran ibu dalam hal ini menjadi titik penting untuk perubahan perilaku. Dari kebijakan sanitasi, maka akan tercipta pula kesadaran akan urgensi penyediaan layanan WASH untuk meningkatkan kesehatan dan gizi baik pada ibu serta pada bayi baru lahir.

Penulis: Tsania Ysnaini Mawardi

Editor: Nuri Hermawan

Penelitian lebih lanjut dapat dilihat pada:

(2016) Association of safe disposal of child feces and reported diarrhea in Indonesia: Need for stronger focus on a neglected risk – International Journal of Environmental Research and Public Health – Cronin, A.A., Sebayang, S.K., Torlesse, H., Nandy, R.

https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-84960442267&doi=10.3390%2fijerph13030310&partnerID=40&md5=ae2d10be0d69212f1a02d26d9e127e28

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).