Peneliti UNAIR: Lawan Hepatitis C dengan Herba Meniran

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis C masih menjadi perhatian besar dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat sekitar 2,5 juta penduduk terserang hepatitis C. Virus hepatitis C dapat menyebabkan infeksi jangka panjang yang meningkatkan peluang terjadinya sirosis, kanker hati, bahkan kematian serius.

Virus hepatitis C merupakan RNA virus yang dapat ditularkan lewat transfusi darah dan hubungan seksual. Dalam tubuh manusia, virus kemudian akan menginfeksi sel hati dan berkembang biak.

“Karena akses yang terbatas dan harga yang mahal, masih banyak pasien yang belum bisa mendapatkan terapi. Selain itu, faktor resistensi dan efek samping obat menambah permasalahan dalam pengobatan infeksi ini,” ungkap Tutiek Sri Wahyuni S.Si., M.Si., Apt., dosen Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi UNAIR.

Menurut Wahyuni, diperlukan pengembangan terapi untuk mengatasi infeksi virus hepatitis C. Terapi baru yang dikembangkan harus aman, terjangkau, dan aman untuk masyarakat. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan tanaman obat.

Tanaman obat yang diteliti sebagai terapi infeksi hepatitis C adalah Meniran. Meniran merupakan tanaman yang banyak tumbuh di berbagai area di Indonesia dan telah dikenal oleh masyarakat. Tanaman ini diyakini dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

“Meniran menunjukkan aktivitas yang kuat dalam melawan infeksi virus hepatitis c. Ekstrak herba tanaman ini menghambat masuknya virus kedalam sel hepatosit sebesar 70%,” jelas Wahyuni.

Setelah diuji lebih lanjut, ekstrak meniran juga dapat menurunkan perkembangbiakan virus melalui hambatan pada protein NS3 virus. Protein ini berperan dalam proses replikasi virus. Meniran juga bekerja sinergis dengan simeprevir, obat anti HCV yang beredar di pasaran.

“Setelah dianalisis dengan program komputer, senyawa Phyllantin dan Hypophyllantin pada meniran mempunyai ikatan dengan reseptor yang berperan dalam masuknya virus,” jelas Wahyuni.

“Aktivitas ini dapat menghambat virus masuk ke dalam sel hati, selain itu juga dilaporkan tidak ada efek beracun dari tanaman ini,” lanjutnya.

Hasil penelitian tersebut memungkinkan pengembangan tanaman meniran, baik untuk pencegahan maupun membantu penyembuhan infeksi virus hepatitis C. Untuk itu, dilakukan uji aktivitas anti hepatitis c pada kultur sel hepatitis C di laboratorium NPMRD (Natural Product Medicine Research Development), Institute Tropical Disease, UNAIR.

Tanaman herba meniran dipanen dari kawasan Lembang, Jawa Barat, untuk kemudian dikeringkan dan diekstraksi. Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas dengan beberapa konsentrasi dan uji mode of action. Selain itu, dilakukan juga uji kombinasi untuk mengetahui efek sinergisnya dengan Simeprevir dan analisis docking pada software Molegro virtual docking.

“Dari analisis docking, dapat dilihat bahwa phyllanthin dan hypophhyllanthin memiliki interaksi yang kuat dengan reseptor protein 4GAG, yang terlibat dalam entry step siklus hidup virus hepatitis C,” sebut Wahyuni.

“Hasil tersebut menunjukkan bahwa meniran merupakan kandidat yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat alternative dan komplementer pada infeksi virus hepatitis C,” pungkasnya. (*)

Penulis : Sukma Cindra Pratiwi

 Editor : Khefti Al Mawalia

Referensi:

http://www.mabjournal.com/images/48_3_June_2019/48_03_12.pdf

Wahyuni, Tutik Sri, et al. 2019. “Anti-Viral Activity of Phyllanthus Niruri against Hepatitis C Virus.” Malaysian Applied Biology, vol. 48, no. 3, pp. 105–11.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).