Pakar UNAIR Kaji Koneksi Politik dan Risiko Jatuhnya Harga Saham

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – “Membangun koneksi politik dapat menghasilkan manfaat dan biaya bagi perusahaan.” Itulah pernyataan pembuka dari riset Iman Harymawan, Ph.D. saat mengulas tentang” Koneksi Politk dan Risiko Jatuhnya Harga Saham di Era dan Pasca Lengsernya Soeharto”.

Dalam paparannya ia mengulas bahwa pada tahun 1998, Indonesia sangat terpukul oleh krisis keuangan. Krisis dimulai di Thailand dan Korea Selatan, kemudian menyebar ke seluruh Asia. Dari krisis keuangan itu, lanjutnya, kemudian berkembang menjadi krisis politik yang menyebabkan pengunduran diri Soeharto secara tiba-tiba setelah 32 tahun berkuasa.

“Timbul pertanyaan, bagaimana dengan kondisi perusahaan–perusahaan yang memiliki hubungan  dengan Soeharto saat itu ?,” ujarnya.

Dari hasil risetnya, Iman menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan hubungan antara perusahaan yang terhubung secara politis dan risiko jatuhnya harga saham. Kemungkinan pertama, jelas Iman, adalah bahwa perusahaan dengan koneksi politik lebih cenderung memiliki risiko jatuhnya harga saham yang lebih tinggi. Hal itu, tambahnya, berdasar pada literatur sebelumnya yang telah menemukan bahwa perusahaan yang terhubung secara politis dapat memperoleh manfaat yang signifikan dalam hal pembiayaan, sedangkan perusahaan yang tidak terhubung secara politis lebih mungkin untuk menderita kendala pendanaan.

“Untuk memenuhi persyaratan keuangan, manajer didorong untuk menutupi laporan keuangan dan menyembunyikan informasi negatif. Tindakan ini dapat mengakibatkan peningkatan asimetri informasi, dan akumulasi berita buruk pada akhirnya dapat menyebabkan jatuhnya harga saham,” ujarnya.

Selanjutnya, dari hasil riset yang dilakukan menunjukkan bahwa data koneksi politik diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan informasi mengenai jumlah anak perusahaan didapat dari database Osiris. Data akuntansi dan keuangan, jelasnya, didapat dari database Compustat Global.  Secara umum, sambungnya, hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan dengan koneksi politik memiliki risiko jatuhnya harga saham yang lebih rendah.

“Temuan ini menunjukkan bahwa koneksi politik dapat mengurangi kemungkinan risiko jatuhnya harga saham perusahaan. Asosiasi negatif ini lebih jelas terlihat pada perusahaan dengan struktur perusahaan yang lebih kompleks,” jelasnya.

Pada akhir, ia kembali menegaskan bahwa dengan menggunakan metode difference-in-difference, ditemukan pula bukti bahwa perusahaan-perusahaan dengan koneksi politik memiliki risiko jatuhnya harga saham yang lebih tinggi. Hal ini terjadi setelah koneksi mereka lengser dari kekuasaan pasca pengunduran diri Soeharto.

“Hasil ini menyiratkan bahwa biaya atas koneksi politik muncul hanya setelah koneksi ini kehilangan kekuasaan,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Khefti Al Mawalia

Referensi:

https://www.mdpi.com/2227-7072/7/3/49/htm

Harymawan, I., Lam, B., Nasih, M., & Rumayya, R. (2019). Political Connections and Stock Price Crash Risk: Empirical Evidence from the Fall of Suharto. International Journal of Financial Studies, 7(3), 49.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).