Merekontruksi Kejayaan Perdagangan Majapahit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kerajaan Nusantara

Perkembangan dalam dunia ekonomi dan bisnis saat ini bisa dikatakan mengalami pergeseran paragdima, yaitu dari awalnya ekonomi berbasis sumber daya menuju ke paragdima ekonomi berbasis pengetahuan atau kreativitas. Pergeseran tersebut disebabkan karena paradigma ekonomi berbasis sumber daya yang selama ini dipandang lebih efektif dalam mengkorelasikan antara pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis pada masa ini dianggap telah gagal mengadaptasi dan mengakomodir berbagai perubahan dalam dunia bisnis. Hal ini dapat dibuktikan pada kelompok perusahaan yang peduli terhadap peningkatan kapasitas aset fisik yang memiliki peluang untuk berinovasi dan mampu bertahan menghadapi berbagai masalah perubahan dunia bisnisnya, dan disinilah peran vital ekonomi kreatif akan diuji.

Sejak awal hadirnya ekonomi kreatif ini, diyakini dapat mempercepat kemajuan pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis. Hal ini didasarkan pada fenomena paradoks yang muncul dari pengalaman pembangunan ekonomi dan bisnis yang tajam antara negara-negara mayoritas miskin sumber daya alam (SDA) dengan yang melimpah kekayaan alamnya. Namun bisa diuraikan kunci keberhasilan pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis pada kasus diatas terletak pada keunggulan pola daya kreativitas manusia dalam membangun ekonomi kreatif itu sendiri, yaitu melalui: 1) investasi jangka panjang pada pendidikan; 2) modernisasi infrastruktur informasi; 3) peningkatan infrastruktur untuk pengembangan kreativitas dan kapabilitas inovasi dan 4) penciptaan lingkungan ekonomi yang kondusif untuk mendorong transaksi pasar yang lebih atraktif namun efesien. Dalam berbagai hal, keberadaan ekonomi kreatif juga mampu mengakselerasi pembangunan ekonomi dan bisnis serta mendorong percepatan globalisasi ekonomi.

Terkait dengan globalisasi ekonomi ini, berbagai pihak khususnya masyarakat ekonomi di negara-negara maju, telah berupaya meyakinkan masyarakat dunia tentang pentingnya melakukan liberalisasi investasi dan perdagangan. Melalui liberalisasi investasi dan perdagangan, aktivitas ekonomi dan bisnis secara tidak langsung akan berjalan adil dan transparan, serta dapat dikontrol dengan menggunakan sejumlah indikator yang disepakati bersama secara internasional. Dengan demikian liberalisasi investasi dan perdagangan itu akan membawa kemakmuran bersama. Pernyataan ini memang secara logis dapat diterima, namun bagi masyarakat ekonomi di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, harusnya mewaspadai bahwa dibalik aturan main dan sejumlah pernyataan itu terdapat kepentingan individu dari masyarakat ekonomi di negara – negara maju.

Kondisi ekonomi kreatif di Indonesia bisa dikatakan sedang berkembang. Namun masih banyak problem yang harus diselesaikan, salah satunya adalah wadah bagi pelaku usaha kreatif terutama UMKM untuk memasarkan produknya dalam lingkup internasional. Hal ini bisa diatasi melalui konsep NCFP (Nusantara Culture Festival in Phinisi). Konsep ini mengedepankan pemasaran produk UMKM dalam negeri yang dipromosikan dengan cara berbeda. Pemanfaatan sarana transportasi kapal laut berupa kapal Phinisi juga bukan tanpa sebab. Kapal Phinisi ini merupakan simbol kejayaan dari dunia kemaritiman Indonesia dalam hal diplomasi antar negara maupun perdagangan.

Pemilihan tema ‘Nusantara’ ini terinspirasi dengan keberhasilan yang sudah dicapai dari kerajaan Majapahit dalam menguasai peta perdagangan di Nusantara atau sekarang yang disebut dengan Indonesia. Festival ini nantinya akan diselenggarakan di pelabuhan-pelabuhan khususnya di Eropa dan Amerika dengan menggunakan armada kapal Phinisi sebanyak 5 unit. 1 unit kapal berisi 3 display produk UMKM yang sebelumnya sudah melalui proses screening, dimana memilah produk yang unggul dan memiliki peluang menjadi komoditas paling laku di pasaran Internasional. Produk UMKM ini utamanya memasarkan produk yang meliputi; fashion, rempah-rempah, kopi, ukiran kayu, dan lain sebagainya serta menampilkan kebudayaan lokal. Perbedaan festival ini dengan festival yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia khususnya di kancah Internasional adalah: 1) festival ini bersifat nomanden dari negara satu ke negara yang lain yang berkolaborasi dengan KBRI di negara yang akan dikunjungi; 2) festival ini menggandeng semua elemen mulai dari pelaku usaha kreatif, seniman, pemerintah, Bekraf, ahli ekonomi dan mahasiswa; 3) Bersifat multievent, dalam artian tidak hanya fokus dalam satu produk saja tetapi juga pengenalan produk lokal Indonesia yang lain; 4) festival ini bersifat sustainable yang dilakukan setiap 3 tahun sekali dengan negara yang berbeda dan produk yang dibawa juga berbeda; 5) festival ini diselenggarakan outdoor yaitu diatas dek kapal Phinisi.

Secara tidak langsung Nusantara Culture Festival in Phinisi mengenalkan produk lokal Indonesia di kancah internasional dan mempererat diplomasi ekonomi dengan berbagai negara yang dikunjungi. Hal ini akan tentunya akan meningkatkan minat negara lain terhadap produk lokal Indonesia yang notabene tidak kalah baik dengan negara Cina atau Korea. Media sosial juga merupakan ujung tombak dalam pemasaran produk lokal Indonesia, namun dengan adanya festival ini akan menambah kepercayaan calon konsumen akan kualitas dari produk itu sendiri.

Berita Terkait

Aditya Putra Pratama Putra

Aditya Putra Pratama Putra

Mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Universitas Airlangga