Dosen FK Gali Tentang Impaksi Dasar Rongga Mata yang Disebabkan Kista Dentigerus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS- Dalam dunia kesehatan, kista dentigerus adalah kista patologis yang terdiri atas material semi-likuid atau gas dan dikelilingi oleh lapisan epitelial yang bagian luarnya berupa jaringan ikat dengan pembuluh darahnya.  Dalam risetnya tentang “Impaksi Dasar Rongga Mata karena Kista Dentigerus”, Viskasari P. Kalanjati, dr., M.Kes., PA(K)., Ph.D., terlebih dahulu memaparkan bahwa pertumbuhan kista dentigerus berasal dari folikel gigi yang sedang atau tidak mengalami proses erupsi yang biasanya terdeteksi diusia remaja.

“Di Brazil, 10 dari 17 kasus kista dentigerus ditemukan pada anak-anak usia di bawah 15 tahun,” jelasnya.

dr. Viskasari menyampaikan bahwa, laki-laki cenderung lebih banyak menderita kista dibandingkan perempuan. Dengan sekitar 60% kista terjadi pada usia dekade ke-2 sampai dengan dekade ke-3 dan sekitar 70% kasus terdapat di rahang bawah/ mandibula; serta 30% sisanya ditemukan pada rahang atas/ maksila.

“Selain itu, ditinjau dari lokasi gigi yang terdampak, sekitar 62% adalah gigi molar, 12% gigi premolar, dan 14% lainnya pada gigi lainnya,” ungkapnya.

Dalam riset tersebut, dr. Viskasari mengungkapkan bahwa terdapat pasien wanita dengan usia 20 tahun datang ke RSGM, FKG UNAIR  dengan keluhan benjolan pada rahang atas kiri yang membesar perlahan sejak 1 bulan sebelumnya. Yang diketahui, lanjutnya, dua tahun lalu pasien tersebut telah menjalani operasi dengan keluhan sama.

“Dari pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi, pasien didiagnosis dengan kista dentigerus pada area gigi 21-26 maksila sinistra, dengan impaksi gigi non-erupsi 23 menuju dasar rongga orbita mata,” paparnya.

Dari permasalahan tersebut, diketahui bahwa, Kista dentigerus memiliki kecenderungan yang tinggi untuk berulang, dan juga membesar, sehingga dapat menyebabkan destruksi medula tulang dan benjolan pada rahang yang terkena. Tidak hanya itu, sambungnya, kista tersebut cenderung  memiliki sifat menekan jaringan dan struktur di sekitarnya, dan juga me-resorbsi gigi-gigi didekatnya.

“Hal ini dapat menyebabkan pergeseran gigi-geligi dari susunan fisiologisnya terutama bila lokasinya pada rahang atas,” tuturnya.

Tidak hanya itu, dr. Viskasari juga menjelaskan bahwa impaksi gigi dapat menyebabkan transudasi dinding kapiler sehingga tekanan hidrostatik yang meningkat menyebabkan terlepasnya folikel dari mahkota gigi dan menyebabkan ekspansi kista ke area sekitarnya. Selain itu, Impaksi gigi pada sinus maksilaris atau dasar rongga orbita dapat menyebabkan komplikasi berupa sinusitis kronik sampai obstruksi total sinus.

“Impaksi pada dasar rongga orbita juga dapat menyebakan lesi cabang saraf infraorbitalis, yaitu saraf alveolaris superior anterior dan menyebabkan gangguan sensoris area wajah,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut dr. Viskasari, bila tidak ditangani secara tepat, maka komplikasi-komplikasi tersebut dapat menyebabkan pasien mengalami kondisi yang jauh lebih serius seperti meningo-ensefalitis, yang dapat menyebabkan makin bertambah buruknya kondisi penderita.(*)

Penulis : Asthesia Dhea Cantika

Editor : Nuri Hermawan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/FMI/

Ferdian R. Hutomo, Ellen S. Pratiwi, Viskasari P. Kalanjati, Andra Rizqiawan (2019). Dentigerous cyst and canine impaction at the orbital floor. Fol Med Indones, Vol. 55 No. 3 September 2019 : 234-238. doi: http://dx.doi.org/10.20473/fmi.v55i3.15508

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).