Inilah Aktivasi Imunitas Bawaan pada Pasien Leprosi MB dengan ENL

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh the telegraph

Leprosi adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang utamanya mengenai kulit dan syaraf perifer, keluhan klinis tergantung oleh utamanya sistem imunitas seluler pasien. Komplikasi pada leprosi adalah reaksi tipe 1 dan reaksi tipe 2 atau erythema nodosum leprosum (ENL). ENL adalah inflamasi akut yang disebabkan oleh deposit kompleks imun yang memengaruhi pasien leprosi multibasiler (MB). Banyak penelitian pada leprosi mencoba untuk menjelaskan peran Tumor Necrosis Factor (TNF)- a, sitokin yang dikeluarkan utamanya oleh makrofag yang memainkan peran penting pada imunitas bawaan untuk mengeradikasi bakteri. Fungsi utama TNF-a adalah untuk stimulasi neutrofil dan monosit ke area infeksi dan mengaktivasi makrofag dan neutrofil untuk mengobati infeksi.

Kadar TNF-a di leprosi MB lebih rendah daripada di leprosi PB yang mengindikasikan penurunan kemampuan untuk melokalisir infeksi. Mutasi reseptor membran tipe I yang memainkan peran penting pada imunitas bawaan diperkirakan sebagai penyabab menurunnya TNF-a. Mutasi menyebabkan gangguan jalur signal yang menyebabkan ketidakmampuan untuk memproduksi TNF-ayangt bekerja untuk melokalisir infeksi. Di lain pihak, pada leprosi MB dengan ENL terdapat peningkatan sekresi TNF-a oleh mekanisme yang belum diketahui. TNF-a juga berpesan sebagai ko-stimulator sel dendritik yang memainkan peran sebagai antigen-presenting cell (APC), sehingga juga berperan dalam imunitas dapatan. Sekresi TNF-a di ENL diperkirakan diinduksi oleh bagian dari dinding sel M.leprae yang dapat menstimulasi imunitas bawaan tubuh manusia.

Penentuan ekspresi TNF-a di makrofag dapat berguna untuk pasien leprosi untuk melokalisir dan pada akhirnya mengeliminasi bakteri M.leprae dan sebagai faktor prognostik fungsi imun seluler. Gejala akut  ENL mengindikasikan peningkatan yang berlebihan dari imunitas bawaan, digambarkan oleh ekspresi Toll-like Receptor-2/1 (TLR2/1) sebagai bagian dari jalur signal transduksi imunitas bawaan untuk memproduksi TNF-a. Triacylated Lipoprotein (TLP) sebagai Pathogen Associated Molecular Patterns (PAMPs) dari M.Leprae bekerja sebagai ligan dari Pattern Recognition Receptors (PRRs), yang mana TRL2/1 (reseptor di makrofag untuk imunitas bawaan di jaringan kulit), menginduksi ekspresi TNF-amelalui jalur Nuclear Factor Kapha Beta (NF-kB) p65 homodimerdan p105/50 heterodimer. Dibutuhkan penelitian lebih dalam tentang transduksi TLR2/1, jalur NF-kB p65, dan p105/p50 pada patogenesis ENL untuk memahami peningkatan sekresi TNF-a di ENL. Peningkatan pemahaman patogenesis ENL dapat berguna untuk pendekatan pengobatan yang lebih tepat, yang dapat mengurangi morbiditas ENL dan stigma leprosi. Penelitian seperti ini pada ENL belum pernah dilakukan, kami melakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan ekspresi TLR2/1, NF-kB p105/p50, NF-kB p65, dan TNF-a antara pasien MB dengan ENL dan tanpa ENL sebagai penanda keterlibatan sistem imun bawaan.

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik cross-sectional dengan kelompok pembanding. Kelompok pengamatan adalah pasien leprosi MB dengan reaksi ENL, sementara kelompok pembanding adalah pasien leprosi MB tanpa ENL. Sampel terdiri dari pasien leprosi MB yang memenuhi kriteria inklusi, telah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan bakteriologi, dari Februari 2010 hingga Desember 2010, menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah pasien leprosi MB dengan atau tanpa ENL yang tegak secara klinis dengan pemeriksaan bakteri positif, umur 12-50 tahun, tidak memiliki riwayat tuberkulosis dan diabetes melitus, serta mau mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan kondisi jelek, hamil atau menyusui, dan sedang dalam pengobatan glukokortikoid oral dalam 4 hari terakhir.

Diagnosis leprosi berdasar pada tanda kardinal leprosi: lesi kulit mati rasa, abnormalitas fungsi sensorik dan motorik, sertaBTA positif dari lesi kulit atau cuping hidung. Klasifikasi WHO digunakan untuk menentukan tipe leprosi berdasarkan jumlah lesi kulit dan hasil pemeriksaan BTA. Jika lesi kulit > 5, pembesaran nervus perifer > 1, dan BTA +, pasien diklasifikasikan sebagai leprosi MB. Diagnosis ENL berdasarkan riwayat dan keluhan klinis, termasuk adanya keluhan nyeri di kulit dengan munculnya nodul akut kemerahan dengan peningkatarn suhu tubuh. ENL hanya muncul pada pasien dengan leprosi MB.Pemeriksaan ekspresi TLR 2/1, NF-kB p65, p105/p50, dan TNF-a di makrofag di jaringan kulit dilakukan dengan imunohistokimia.

Terdapat 21 subjek leprosi MB dengan ENL dan 21 subjek leprosi MB tanpa ENL. Pada kelompok pasien MB dengan ENL, tiga pasien tidak mengekspresikan TLR2/1, yang mengekspresikan TLR2/1 menunjukkan berbagai jumlah makrofag, mulai dari 1-8. Pada kelompok kontrol tidak ada pasien yang mengekspresikan TLR2/1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ekspresi makrofag terhadap TLR2/1 antara pasien kusta MB dengan ENL dan tanpa ENL (p = 0.000). Antibodi monoklonal terhadap NF-кB p105 / p50 diekspresikan oleh subjek dengan ENL tetapi tidak pada kelompok pembanding. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ekspresi makrofag terhadap NF-кB p105 / p50 antara pasien kusta MB dengan ENL dan tanpa ENL (p = 0.000)..Pada subjek dengan ENL, ekspresi antibodi monoklonal terhadap NF-кB ditemukan positif antara 4-20 makrofag, sementara satu sampel menunjukkan ekspresi negatif. Di sisi lain, subjek tanpa ENL tidak mengekspresikan antibodi monoklonal terhadap NF-кB p65. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ekspresi makrofag terhadap NF-кB p65 antara pasien kusta MB dengan ENL dan tanpa ENL (p = 0.000). Terdapat 20 subjek positif dengan tingkat ekspresi TNF-α bervariasi dari 1-39 makrofag. Sementara itu, kelompok non-ENL memiliki tiga pasien yang ekspresinya positif untuk TNF-α. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam ekspresi TNF-α antara pasien kusta MB dengan ENL dan mereka yang tanpa ENL (p = 0.000).

Hasil keseluruhan dari penelitian ini menunjukkan aktivasi imunitas bawaan pada pasien leprosi MB dengan ENL. Oleh karena itu, penting untuk memperbaiki pendekatan terapi ENL yang telah konsisten dengan imunitas adaptif dan aktifnya. Pada pedoman Kementerian Kesehatan pada manajemen pasien dengan ENL berat, penggunaan kortikosteroid oral (prednisone) dosis besar (40 mg/hari), kemudian diturunkan secara berkala selama 12 minggu yang membutuhkan pemeriksaan ulang untuk menentukan periode dan dosis prednisone. Penelitian prospektif lebih lanjut dibutuhkan dengan pengamatan pada pasien leprosi MB dengan dan tanpa rekasi ENL menggunakan variable yang sama dengan penelitian ini.

Penulis: M.Yulianto Listiawan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/viewFile/1482/1300

M. Yulianto Listiawan (2019). Comparison of TLR2/1, NF-кB p105/50, NF-кB p65, and TNF- α expressions in the macrophages between multibacillary leprosy patients with and without erythema nodosum leprosum signifying innate immune system activity. Bali Med J, 8(1): 347-53;

https://dx.doi.org/10.15562/bmj.v8i1.1482

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).