Galatama dan Pardedetex Medan: Pelopor Sepak Bola Profesional Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh bombastis.com

Sepak bola professional di Indonesia mulai menjadi trend yang melejit, klub yang berlaga di kompetisi teratas liga Indonesia berlomba-lomba memberikan perubahan bagi sepak bola Indonesia. Bali United, Persebaya, Arema, Persib merupakan beberapa klub teratas liga Indonesia yang memberikan perubahan nyata bagi sepak bola nasional melalui gebrakan-gebrakan baru dalam memajukan sepak bola Indonesia yang professional. Melalui pengelolaan klub yang dikelola secara modern dan mengedepankan visi jangka panjang bagi keberlangsungan klub, hingga terobosan inovasi untuk menarik minat lebih banyak supporter sebagai basis massa dalam meraih pundi-pundi financial demi kebutuhan hajat hidup klub.

Perkembangan sepak bola Indonesia sendiri mengalami perubahan yang signifikan mengikuti kiblat sepak bola modern. Era industri dalam sepak bola professional membuat sepak bola Indonesia mulai bangkit membangun sepak bola secara professional. Peran industri menjadi salah satu penyokong berkembangnya sepak bola professional. Mulai dari pengelolaan klub hingga manajemen bisnis olahraga sepak bola menjadi trend dalam sepak bola professional.

Galatama dan Pardedetex Medan Embrio Sepak Bola Profesional di Indonesia

Sejak PSSI berdiri pada tahun 1930, pertandingan sepak bola Indonesia digelar antar Setiap bond kedaerahannya. Pusat – pusat kota memiliki bond daerah sendiri sebagai saingan sepak bola Belanda. Jakarta (VIJ), Surabaya (SIVB), Bandung (BIVB), Yogyakarta (PSM), Solo (VVB), Madiun (MVB), Magelang (IVBM) merupakan bond daerah yang menyelenggarakan pertandingan sepak bola bagi bumiputera dibawah naungan PSSI. Pertandingan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya kompetisi perserikatan yang merupakan kompetisi sepak bola pertama di Indonesia yang di gagas oleh bumiputera. Meski perserikatan menjadi kompetisi sepak bola bumiputera, banyak kekurangan yang dialami PSSI dalam menjalankan roda kompetisinya. Mulai dari kurangnya pengelolaan pada awal di gelarnya perserikatan hingga bond setiap daerah memiliki kekurangan dana dikarenakan perserikatan merupakan kompetisi sepak bola amatir. Di sisi lain bumiputera yang berasal dari daerah yang sama bisa memperkuat bond daerahnya.

Perserikatan yang dirasa amatir dan tidak memberikan impact nyata bagi sepak bola nasional membuat memuncul kompetisi tandingan yang lebih professional ketimbang kompetisi perserikatan. Galatama menjadi kompetisi semi professional yang pengelolaannya dikelola secara professional dengan sistem gaji dan fasilitas bagi para pemainnya. Kompetisi galatama dicetuskan oleh beberapa pengusaha kaya Indonesia yang gila bola dengan olahraga si kulit bundar. Syarnoebi said dan T.D Pardede menjadi pelopor dibentuknya kompetisi sepak bola professional pertama di Indonesia. Galatama dibentuk pada tahun 1979 dimana proses lahirnya kompetisi galatama sangat panjang yang di dasari atas keinginan sepak bola Indonesia lebih maju dan professional. T.D Pardede dengan industri tekstilnya (Pardedetex Medan 1968), Syarnoebi Said dengan agen tunggal mobil Mitsubishi (Kramayudha Tiga Berlian), pengusaha pabrik cat Benny Muljono (mendirikan klub Warna Agung Jakarta 1971), Sigit Harjoyudanto putra mantan Presiden Soeharto (mendirikan klub Arseto di Solo 1978), Mayor Jenderal (Purn) Acub Zainal (mendirikan klub Perkesa ’78 di Jakarta sebelum pindah ke Sidoarjo 1978), Beniardi pengusaha farmasi (mendirikan tim Tunas Inti di Jakarta). Berdirinya klub Pardedetex Medan kemudian merangsang kehadiran klub sepak bola professional lainnya.

Pardedetex Medan dalam mempersiapkan kompetisi galatama agar mencapai target maksimal, melakukan perekrutan pemain kelas wahid di Indonesia hingga mengkontrak pemain asing pertama dalam kompetisi sepak bola Indonesia. Steve Tombs dan Paul Smith pemain dari Inggris dikontrak oleh Pardede guna menambah kekuatan Pardedetex Medan. Sayangnya kedua pemain tersebut tidak bersinar dan tidak bertahan lama karena tidak sesuai ekspetasi dari Pardede. Pardede dengan segala gebrakan baru untuk sepak bola Indonesia dan Pardedetex Medan mendatangkan pemain asing lagi dari Brazil, Jairo Matos pemain asing yang direkrut Pardedetex Medan guna mengarungi kompetisi galatama.

Selain mendatangkan pemain berkelas, sistem gaji diatas rata-rata dan fasilitas yang disediakan oleh Pardede, membuat kesebelasan Pardedetex Medan sangat disegani dengan kekuatan financial yang mendukung. Kurang beruntungnya Pardedetex Medan pada kompetisi galatama, membuat target yang diinginkan selalu tidak bisa tercapai. Padahal kedalaman skuat pardedetex medan bertabur bintang. Sering terjadinya in konsisten pada pardedetex medan menjadi permasalahan, disisi lain kasus suap yang menerpa galatama membuat beberapa klub terkena skandal suap dan membubarkan klubnya.  

Kini galatama dan pardedetex medan sudah tiada, banyak andil yang dilakukan oleh kompetisi galatama dan pardedetex medan bagi persepakbolaan professional Indonesia. Keduanya menjadi kiblat sepak bola professional Indonesia, dimana di era modern ini bermunculan klub sepak bola Indonesia yang pengelolaannya dikelola secara professional dan memberikan pengaruh bagi sepak bola nasional seperti apa yang dilakukan oleh Pardedetex Medan dan kompetisi galatama.

Berita Terkait

Rizal Andi Pratama

Rizal Andi Pratama

Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga Wakil Menteri Pengabdian Masyarakat BEM FIB 2018 Kolumnis Pandit Football