Faktor yang Pengaruhi Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri di Area Finishing Industri Baja

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi kecelakaan kerja. (Sumber: suara.com)

Kemajuan teknologi dapat berdampak pada peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Peningkatan produktivitas yang dilakukan dengan cara memaksimalkan sumber daya yang ada, akan berakhir pada eksploitasi sumber daya yang berlebihan. Dampak yang dapat terjadi akibat eksploitasi sumber daya yang berlebihan dan tidak diimbangi oleh sistem kontrol, seperti pengelolaan sumber daya manusia dan mesin, adalah terancamnya keselamatan dan kesehatan pekerja. Kondisi yang tidak seimbang tersebut dapat menyebabkan kelangkaan kerja.

Berdasarkan data ILO pada tahun 2013, setiap 15 detik terdapat satu pekerja di dunia meninggal karena kecelakaan kerja, dan terdapat 160 pekerja menderita masalah kesehatan akibat pekerjaan. Badan Ketenagakerjaan Indonesia untuk Asuransi Kesehatan Sosial Tenaga Kerja (BPJS) juga mencatat bahwa pada tahun 2014 terdapat 53.319 pekerja mengalami kecelakaan kerja, dan pada tahun 2015 terdapat 50.089 pekerja yang dipekerjakan mengalami kecelakaan kerja. Angka yang masih sangat banyak walaupun kejadian keelakaan kerja sempat menurun dari tahun 2014 hingga 2015.

Terjadinya kecelakaan kerja dapat dicegah dengan melakukan upaya-upaya maupun tahapan yang sesuai dengan menggunakan hierarki pengendalian. Hirarki pengendalian bahaya dimulai dari tahap eliminasi, subtitusi, rekayasa, administrasi, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Penggunaan APD untuk tenaga kerja merupakan tahap yang paling akhir jika pada empat fase sebelumnya pengendalian yang telah dilakukan masih belum efektif. Hal inilah yang menjadi alasan suatu perusahaan mewajibkan pekerjanya untuk patuh memakai APD pada saat sedang bekerja maupun berada di area kerja.

APD adalah alat yang disediakan oleh perusahaan dan digunakan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaan tertentu untuk menutupi dan meminimalkan risiko di wilayah kerja termasuk kecelakaan kerja dan insiden.

Kepatuhan pada penggunaan APD dapat dipengaruhi oleh faktor individual pekerja yang tergolong dalam karakteristik pekerja. Karakteristik individu yang dimaksud adalah durasi kerja, tingkat pendidikan formal, dan pengetahuan tentang APD (Alat Pelindung Diri). Durasi kerja yang didapatkan seseorang juga akan memengaruhi perilaku pekerja tersebut.

Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang kuat dengan kepatuhan pekerja menggunakan APD. Gaya kepemimpinan supervisor yang dominan adalah kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional ideal dengan memberikan pengaruh dan motivasi. Supervisor selalu membuat pekerja merasa nyaman, selalu memotivasi, membantu para pekerja saat berada di pekerjaan yang sulit, dan mendukung para pekerja.

Ketika para pekerja merasa nyaman dengan supervisor, mereka dapat membantu perusahaan atau supervisor untuk melaksanakan visi serta mampu mengurangi tingkat kecelakaan. Faktor ini berpengaruh baik terhadap motivasi untuk mengubah sikap pekerja dalam penggunaan APD.

Pengetahuan dan motivasi terkait keselamatan merupakan faktor yang kuat untuk mempengaruhi partisipasi keselamatan. Jiang dan Probst, dalam penelitiannya, menemukan bahwa kepemimpinan transformasional memperkuat hubungan pengetahuan terhadap partisipasi keselamatan. Kepemimpinan transformasional dikaitkan dengan hasil keselamatan positif, seperti peningkatan iklim keselamatan, peningkatan perilaku keselamatan, dan penurunan kecelakaan dan cedera.

Durasi kerja memiliki pengaruh yang rendah terhadap kepatuhan menggunakan APD. Pada area finishing perusahaan baja, para pekerja bekerja sekitar 5-15 tahun. Meskipun pekerja telah bekerja lama, hal tersebut tidak mempengaruhi mereka untuk selalu patuh terhadap pengggunaan APD. Pengetahuan pekerja di area finishing bagus. Namun, saat mereka bekerja, pekerja malah tidak patuh untuk menggunakan APD. Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja hanya sebatas dasar pengetahuan saja.

Sikap pekerja belum dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD. Penelitian yang dilakukan oleh Irene, menunjukkan bahwa sikap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan APD. Kebiasaan pekerja dalam menggunakan APD yang sudah menjadi budaya di tempat kerja disebabkan oleh pengalaman pribadi pekerja tersebut dalam melakukan pekerjaan mereka.

Ketersediaan faktor APD memiliki pengaruh sedang dengan kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD. Ketersediaan APD adalah prosedur standar yang merupakan keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan. Padahal, ketersediaan peralatan keselamatan tidak menjamin tercapainya keselamatan kerja di suatu perusahaan.

Alasan ketidakpatuhan sebagian besar pekerja karena mereka tidak menggunakan APD atau salah dalam penggunaan kacamata serta APD yang lain saat bekerja maupun saat berada di area kerja. (*)

Penulis: Denny Ardyanto

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://medic.upm.edu.my/our_journal/malaysian_journal_of_medicine_and_health_science_mjmhs/mjmhs_vol15_supplement_3_august_2019-51211

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).