Risiko Pemakaian Pampers pada Kulit Bayi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Saat ini penggunaan pampers atau popok seolah menjadi kebutuhan dalam mengurus bayi dan anak-anak. Pemasaran produk pampers pada tahun 2013 mencapai 60% di Asia Pasifik. Akan tetapi penggunaan pampers ini memiliki efek yang merugikan. Penggunaan pampers jangka panjang diketahui dapat meningkatkan pH kulit yaitu pH kulit akan semakin meningkat dan cenderung menjadi basa, pH kulit normal yaitu 4,5 sampai 6. Peningkatan pH kulit ini diakibatkan oleh feses dan urine yang menghalangi kulit, komponen amonia pada urine, dan aktivitas enzim proteolitik pada feses. Padahal pH kulit yang asam sangat dibutuhkan untuk mempertahankan microenviroment kulit yang normal serta melindungi dari bakteri dan jamur. Peningkatan pH ini akan meningkatkan aktivitas enzim yang ada di feses seperti protease dan lipase yang dapat mengiritasi kulit. Pengkitan pH kulit juga dapat mengganggu fungsi barier kulit sehingga menimbulkan beberapa gangguan di kulit misalnya dermatitis.

Peningkatan pH pada kulit yang ditutupi pampers sudah terbukti dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian yang dilakukan di negara tropis yaitu di Indonesia tepatnya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada 43 anak sehat yang berusia 6-12 bulan mendapatkan perbedaan yang bermakna pada pH kulit yang ditutupi pampers dengan tidak ditutupi pampers. Kulit yang ditutupi pampers yaitu di pantat dibandingan dengan kulit yang tidak ditutupi pampers yaitu di paha luar diukur menggunakan pH-meter 3 kali pada setiap area selama 5 detik dengan interval 5 detik di ruangan tanpa pergerakan udara secara langsung dan tanpa sinar matahari langsung.

Penelitian ini mendapatkan 43 subjek dengan 53,5% merupakan laki-laki dan 46,5% adalah perempuan. Selain itu juga didapatkan data mengenai frekuensi penggantian pampers, aktivitas yang dilakukan sebelum mengganti popok misalnya membasuh dengan sabun atau yang lain, pemakaian pelembab atau bedak bayi, jenis susu yang diberikan misalnya susu formula atau ASI, usia kehamilan saat melahirkan, dan riwayat atopik dermatitis akibat pampers. Dari penelitian ini didapatkan pH kulit yang tertutup pampers adalah 6,11 dan kulit yang tidak tertutup pampers adalah 5,91. Peningkatan pH yang bermakna juga didapatkan pada frekuensi penggantian pampers yang <6 kali sehari, pembersihan dengan sabun atau sabun yang bergantian dengan tisu bayi, pemberian susu formula saja, dan riwayat atopik.

Penggantian pampers memang sebaiknya dilakukan setiap 4 jam sekali atau minimal 6 kali sehari. Hal ini dapat mengurangi penghalangan dan paparan kulit oleh feses dan urine. Selain itu amonia yang ada pada urine akan meningkatkan pH kulit dan meningkatkan aktivitas enzim proteolitik pada feses sehingga penggantian pampers kurang dari 6 kali dapat mengganggu fungsi perlindungan kulit. Sedangkan untuk pembersihan area yang tertutupi pampers paling baik menggunakan air atau waslap. Jika menggunakan sabun maka akan meningkatkan pH kulit sehingga memberi efek kurang menguntungkan bagi kulit. Penggunaan krim pelembab dapat melindungi lapisan terluar kulit, mempercepat maturasi fungsi perlindungan kulit dibanding losion. Penggunaan bedak bayi yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia ternyata tidak melindungi kulit dari paparan feses dan urine namun malah akan muncul granula yang menyebabkan gesekan pada kulit yang iritasi. Pemberian susu formula dapat meningkatkan jumlah protease dan asam empedu di dalam feses dan hal ini menyebabkan peningkatan pH kulit yang tertutup pampers. Pada anak yang atopik terjadi penurunan filaggrin (prekursor asam amino untuk mempertahankan pH asam di kulit) dan penurunan keringat yang kaya dengan asam laktat. Oleh karena penurunan dua komponen penting ini maka menyebabkan pH kulit yang lebih tinggi.

Dari penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi nilai pH di area popok secara bermakna lebih tinggi daripada area non-popok. Diharapkan orangtua dapat bijak dalam penggunaan pempers agar tidak berefek negatif terhadap kulit bayi.

Penulis:  dr. Linda Astari, Sp.KK

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8056

Nadia Wirantari, Linda Astari, Iskandar Zulkarnain. 2019. Ph value of infant’s skin is higher on diaper area compared to nondiaper area.  Vol 11 NO 1S 23RD Regional Conference OF Dermatology.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).