Pakar: Inilah Penyebab Terbanyak Keputihan di Kalangan Pekerja Seksual Komersial

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria R

UNAIR NEWS – Dr. Afif Nurul Hidayati dr.,Sp.KK, FINS-DV, FAADV., salah satu pakar andalan Universitas Airlangga yang tidak henti melakukan berbagai riset yang bermanfaat. Dalam risetnya, ia mengatakan bahwa Pekerja seksual komersial (PSK) memiliki risiko tinggi mengalami Infeksi Menular Seksual (IMS). Hal itu, tambahnya, dapat ditularkan kepada klien.

Infeksi menular seksual, tambahnya, masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang. Pasalnya, IMS mempunyai peran besar terhadap transmisi HIV. Peningkatan kasus IMS, jelasnya, sering bersamaan dengan peningkatan kasus HIV terutama di populasi risiko tinggi, salah satunya adalah PSK perempuan.

“Manifestasi klinis dari IMS yang terjadi di kalangan populasi tersebut umumnya servisitis, yaitu keradangan serviks yang sering disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis,” ujarnya.

Selanjutnya, dr. Afif Nurul juga mengatakan bahwa keluhan utama servisitis umumnya adalah keputihan atau pendarahan di luar siklus menstruasi, tetapi servisitis dapat juga tidak menimbulkan gejala. Diagnosis IMS selain dari klinis, lanjutnya, juga memerlukan pemeriksaan laboratorium.

“Namun di Indonesia infrastruktur laboratorium belum optimal, sehingga pendataan mengenai IMS lebih kepada pendekatan sindrom klinis,” tandasnya.

Oleh karena itu, penelitian yang ia lakukan bertujuan untuk mendeskripsikan prevalensi IMS berupa servisitis nongonore dan servisitis gonore, bakterial vaginosis, trikomoniasis vaginalis, dan IMS yang lain pada PSK perempuan. Penelitian yang ia lakukan menggunakan data rekam medis dari 100 pasien PSK perempuan yang mengunjungi Puskesmas Putat Jaya Surabaya pada tahun 2013-2014.

“Desain penelitian ini adalah penelitian retrospektif. Data diperoleh dari pemeriksaan klinis, diagnosis, dan terapi yang diberikan. Diagnosis keputihan ditegakkan oleh anamnesis, pemeriksaan fisik, hapusan vagina dan serviks. Data dianalisis secara deskriptif,” jelasnya.

Pada akhir, ia juga mengatakan bahwa dari 100 pasien PSK perempuan, didapatkan 85 pasien menderita keputihan, 1 pasien menderita vegetasi genital, dan 14 pasien tidak ada data. Tidak hanya itu, sambungnya, keluhan klinis dan manifestasi dari keputihan atau fluor albus terjadi pada sebagian besar kasus IMS dalam penelitian tersebut.

“Untuk itu, diperlukan pendekatan melalui sindrom bisa menjadi strategi untuk mengurangi risiko penularan,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan 

Editor: Khefti Al Mawalia  

Referensi:

https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8050

Hidayati, A., Astindari, A., Sari, M., Murtiastutik, D., Martodihardjo, S., & Barakbah, J. (2019). Nongonococcal cervicitis: The most common cause of fluor albus in female sex workers. Dermatology Reports11(1s). https://doi.org/10.4081/dr.2019.8050

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).