UNAIR NEWS – Skabies atau yang dikenal sebagai penyakit gudig adalah infeksi parasit yang sering muncul disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Penyakit tersebut sering muncul namun bentuk yang tidak khas sering menyulitkan terutama penggunaan obat-obat yang menyamarkan keluhan gatal sehingga seringkali terjadi salah diagnosis. Untuk melakukan diagnosis yang tepat Dr. Afif Nurul Hidayati dr.,Sp.KK, FINS-DV, FAADV., kembali melakukan riset perihal diagnosis skabies.
Menurutnya, skabies biasanya muncul dalam bentuk bintil-bintil di sela jari tangan maupun kaki, area pusar, pantat, penis pada laki-laki dan periareola pada wanita. Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa berdasarkan perluasan dan derajat keparahan yang terjadi, bentuk klinis dari skabies sangat bervariasi, namun yang khas adalah ditemukannya terowongan.
“Skabies seringkali menimbulkan rasa gatal terutama memberat di malam hari. Rasa gatal yang muncul seringkali menetap walaupun telah diberikan obat anti skabies,” ujarnya.
Hal tersebut, sambung dr. Afif Nurul, seringkali menjadi penyebab pasien mencari pengobatan lain dan mengonsumsi obat-obatan seperti kortikosteroid yang menyebabkan bentuk klinis dari penyakit skabies menjadi tidak khas. Bentuk skabies yang tidak khas, tandasnya, justru sering terjadi pada individu dengan higiene yang baik dan disebut sebagai skabies incognito.
“Bentuk klinis yang tidak khas sering menyebabkan kesalahan diagnosis dan bisa menyebabkan penyebaran dari Sarcoptes scabiei dan superinfeksi yang dapat mengancam nyawa,” ujarnya.
Pada akhir, ia juga mengatakan bahwa diagnosis penyakit skabies menjadi sangat penting. Hal itu, tandasnya, bertujuan untuk menghindari kesalahan diagnosis yang bisa menyebabkan banyak hal yang serius.
“Seperti infeksi yang semakin menyebar dan superinfeksi yang terkadang dapat mengancam jiwa,” pungkasnya.
Penulis: Nuri Hermawan
Editor: Khefti Al Mawalia
Informasi lebih lengkap dari riset ini dapat dilihat pada:
https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8083
Scabies incognito: Nanny Herwanto, Hasnikmah Mappamasing, Septiana Widiantari, Trisiswati Indranarum, Afif Nurul Hidayati, Sawitri, Evy Ervianti, Dwi Murtiastutik, Sunarko Martodihardjo