Emil Dardak: Desa Wisata dan Konektivitas Jadi Kunci Pengembangan Pariwisata Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Dewasa ini pengembangan perekonomian negara tidak hanya dapat ditopang melalui perdagangan dan bisnis. Namun lebih jauh lagi, terdapat berbagai hal yang dapat mendorong peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat. Salah satu di antaranya adalah sektor pariwisata. Mengikuti pergantian rezim dan hadirnya Menteri Pariwisata yang baru, urgensi dialog terkait pengembangan pariwisata Jawa Timur dihadirkan melalui Seminar Pariwisata yang digelar Himpunan Mahasiswa D3 Pariwisata Universitas Airlangga pada Sabtu (16/11/19).

Dalam acara tersebut, Emil Elestianto Dardak selaku wakil gubernur Jawa Timur menyebutkan bahwa paradigma desa wisata menjadi hal yang dapat mendorong perbaikan ekonomi Jawa Timur. “Di daerah-daerah, sepertiga tenaga kerja kita bergerak di bidang pertanian, dan menjadi hal yang salah jika kita terus mendorong sektor pertanian yang lahannya sendiri memiliki batas pakai dengan intensitas yang sebenarnya sudah maksimal. Maka dari itu, desa wisata penting untuk dikembangkan lebih lanjut,” ujarnya.

Emil menggarisbawahi bahwa desa-desa yang memiliki potensi wisata harus mulai memetakan kearifan lokal yang mereka miliki. “Jika Jogja punya wisata jajanan dan budaya, maka hendaknya Jawa Timur membangun taste and color sendiri. Dan, salah satu yang saya pikir perlu digalakkan adalah wisata alam khususnya pegunungan dan private tourism,” imbuhnya.

Jawa Timur yang memiliki rangkaian pegunungan seperti Bromo, Semeru, dan Lingkar Wilis yang menghubungkan berbagai daerah bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Setelah dibangun landmark utama, Emil menyebutkan bahwa desa-desa yang memiliki potensi bisa memulai untuk mengembangkan wisatanya. Entah dari segi wisata alam, budaya, makanan, maupun kerajinan.

“Saya menekankan bahwa diferensiasi wisata itu penting. Karena dorongan utama orang-orang untuk berwisata di luar daerahnya cuma satu. Pencarian suasana yang berbeda. Untuk itu, Pemerintah Jawa Timur selama ini bekerja sama dengan Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI) untuk pemetaan. Juga dengan kapal cruise, yang dengan penumpangnya diharapkan bisa singgah di beberapa daerah di Jawa Timur,” tuturnya.

Selain pengembangan paradigma desa wisata, Emil menekankan pada konektivitas yang perlu dibangun antar satu daerah ke daerah lain. “Tidak hanya terbatas pada Jawa Timur. Konektivitas dan akses ini harusnya dibangun mulai dari Jawa Tengah, Jogja, terus ke Pacitan, Trenggalek, dan berakhir di Malang. Untuk itu diferensiasi penting agar wisatawan tidak jenuh,” sebutnya.

Maka dari itu, dalam seminar tersebut salah satu hal yang turut ditawarkan oleh Emil Dardak adalah program financing bagi rumah-rumah masyarakat. Emil menyebutkan bahwa dalam desa wisata rumah-rumah masyarakat perlu direnovasi menjadi usaha homestay.

“Hendaknya nanti juga bisa dibuat blok-blok khusus. Dikumpulkan mana wilayah homestay, mana wilayah wisata. Diferensiasi dan manajemen lokasi harus benar-benar diperhatikan,” katanya.

Perlu diketahui, acara yang digelar di Aula Kahuripan, Kantor Manajemen, Universitas Airlangga tersebut turut dihadiri oleh para pakar pariwisata UNAIR. Termasuk tokoh-tokoh dari lembaga pengamat dan pengembangan pariwisata di seluruh Jawa Timur. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).