Bentuk Generasi Berwawasan dan Cinta Lingkungan Lewat “Sekolah Bahari”

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto saat sesi hiburan di Sekolah Bahari (Foto: Dian Aprillia)

UNAIR NEWS – HIMAPIKANI (Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia) merupakan perhimpunan profesi yang menyatukan Lembaga-Lembaga Kemahasiswaan Perikanan (LKP) di Indonesia. HIMAPIKANI dibagi menjadi 4 wilayah yang dikelompokkan berdasarkan provinsi dari Universitas-universitas yang memiliki Fakultas Perikanan didalamnya dan Universitas Airlangga (UNAIR) masuk kedalam anggota HIMAPIKANI Wilayah IV.

Tiap-tiap anggota HIMAPIKANI, nantinya akan diberi amanah untuk menjalankan Program Kerja (Proker) yang sudah diagendakan oleh HIMAPIKANI, kebetulan pada tahun ini UNAIR mendapatkan amanah untuk meng-handle proker dari HIMAPIKANI yakni “Sekolah Bahari” yang diadakan di Banyuwangi dan diakomodir oleh Departemen Sosial Masyarakat (Sosmas) HIMAKUA PSDKU UNAIR Banyuwangi.

Saat ditemui tim UNAIR NEWS pada Minggu (18/11), Adi Firman Hidayatullah selaku kepala departemen sosmas HIMAKUA menjelaskan bahwa Sekolah Bahari merupakan sebuah program pendidikan non-formal yang berbasis tentang wawasan lingkungan. Dengan Goals untukmembentuk karakter generasi yang cinta lingkungan dan mampu menjaga kesehatan lingkungan pesisir.

“Sekolah Bahari merupakan program pendidikan yang berwawasan lingkungan dari HIMAPIKANI yang diamanahkan kepada UNAIR baik Surabaya maupun Banyuwangi yang harapanya mampu membentuk generasi khususnya masyarakat pesisir yang berkarakter cinta lingkungan dan mampu menjaga lingkungan pesisir,” jelas Mahasiswa yang akrab disapa Firman tersebut.

Sekolah Bahari diadakan selama 5 hari dalam kurun waktu 2 minggu setiap sabtu dan minggu yang dimulai pada hari Sabtu (17/11) kemarin, di wilayah Pulau Santen Kabupaten Banyuwangi. Target dari Sekolah Bahari sendiri adalah anak-anak usia sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA di kawasan Pulau Santen.

“Dilaksanakan selama 5 hari dengan materi yang berbeda tiap harinya, selama 2 minggu pada hari sabtu dan minggu di Pulau Santen, karena selain akses yang mudah pulau senten juga wilayah yang relevan untuk output dari kegiatan ini,” jelasnya.

Tidak hanya pemberian materi, sambungnya, mereka juga diajarkan praktik bagaimana mengolah sampah menjadi barang yang  memiliki daya guna dan nilai estestika sehingga mampu mengurangi sampah yang ada disana. Sementara itu, tambah Firman, untuk materi-materi yang disampaikan substansi-nya sama, hanya saja dikemas menyesuaikan dengan usia mereka karena sekolah bahari ini dibagi menjadi 2 kelas, kelas SD dan Kelas SMP,SMA.

“Untuk pematerinya sendiri tidak hanya dari panitia Sekolah Bahari saja ada dari lembaga peduli sosial “BWI Jempol”, Voulenteer, HIMAPIKANI dan Kepala-kepala Balai,” tuturnya. “Semoga setelah adanya sekolah bahari ini dapat merubah sikap anak-anak disana menjadi lebih memperhatikan lingkungan dan semangat dalam berpendidikan,” tutup Firman.(*)

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).