Peneliti UNAIR Temukan Adanya Resistensi Bakteri Penyebab Gonore Terhadap Antibiotik Cefixime

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria R

UNAIR NEWS – Gonore atau Kencing Nanah disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrheae.  Merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang banyak ditemui di negara berkembang dan menjadi penyakit IMS terbanyak ke dua di dunia.

Pasien  gonore memerlukan terapi antibiotik untuk kembali menjadi sehat. Namun, angka resistensi bakteri penyebab gonore terus saja meningkat terhadap beberapa antibiotik. Terutama, resistensi terhadap antibiotik berupa penicillin, tetrasiklin, dan golongan kuinolon.

Dr. Afif Nurul Hidayati dr.,Sp.KK, FINS-DV, FAADV atau dr. Afif, menjelaskan bahwa The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan golongan cephalosporin, yaitu cefixime 400 mg oral atau ceftriaxone 125 mg intramuskular untuk terapi gonore.

“Hanya saja, penelitian di Australia, Austria, dan Inggris melaporkan terdapat penurunan sensitivitas terhadap cefixime pada kasus gonore,” ucap dosen di fakultas kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) tersebut.

Untuk itu, dr. Afif bersama kedua rekannya, yaitu Sawitri dr., Sp.KK(K) dan dr.Amalia Rositawati memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai resistensi bakteri Neisseria gonorrhea terhadap antibiotik cefixime pada pasien gonore di Surabaya. Penelitian tersebut menguji sensitifitas sampel bakteri Neisseria gonorrhea dari 20 pasien di tujuh puskesmas di Surabaya terhadap antibiotik cefixime.

Tahap pertama yang dilakukan adalah mengambil sampel bakteri pada pasien gonore tersebut. Kemudian, meletakkan bakteri pada media khusus agar terbentuk koloni bakteri selama maksimal 48 jam.

“Koloni bakteri Neisseria gonorrhea tumbuh berwarna putih keabuan, mengkilat, dan konveks (cembung,red),” lanjutnya.

Selanjutnya, koloni tersebut diuji sensitivitasnya terhadap antibiotik menggunakan metode cakram. Koloni dianggap sensitif terhadap cefixime apabila area inhibisi atau area penghambat melebihi 31 mm berdasarkan kriteria Clinical Laboratory Standard Institute (CLSI).

Penelitian tersebut menemukan tujuh dari dua puluh sampel Neisseria gonnorrheae tidak sensitif terhadap antibiotik cefixime. Artinya, ditemukan resistensi bakteri penyebab gonore terhadap antibiotik cefixime.

“Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya kewaspadaan dalam pemakaian antibiotik yang rasional terhadap gonore dan perlu evaluasi keberhasilan terapi terhadap semua pasien gonore,” pungkasnya.

Penulis: Galuh Mega Kurnia

Editor: Khefti Al Mawalia

Refenrece :  

https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8060

Rositawati, A., S, S. & Hidayati, A. N., 2019. Neisseria gonorrhoeae resistance test against cefixime in gonorrhea patients in Surabaya. Dermatology Reports, 11(1s).

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).