Lima Faktor Tingkatkan Produksi ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria R

UNAIR NEWS –  Angka cakupan ASI Eksklusif di Indonesia masih belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah secara nasional, yaitu 80 persen dari jumlah bayi yang ada di Indonesia. Bahkan di Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia cakupan ASI eksklusif hanya berkisar di angka 65%.

Padahal air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi. Bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif cenderung akan mudah berisiko terkena infeksi maupun penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Sehingga akan berdampak pada gangguan pencernaan, pertumbuhan, meningkatkan risiko angka kesakitan pada bayi dan gangguan gizi, berisiko memperberat penyakit ISPA dan diare.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung pemberian ASI eksklusif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang ASI eksklusif dilakukan dengan cara promosi ASI eksklusif melalui penyuluhan, poster, maupun media TV nasional. Untuk itu, Dosen Fakultas Keperawatan, Retnayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep bersama tim menilik penyebab kegagalan ASI eksklusif yang terjadi. Salah satunya adalah keyakinan ibu yang masih rendah. Menurutnya, masih banyak ibu yang tidak yakin bahwa jumlah produksi ASI-nya dapat mencukupi kebutuhan bayi.

Meskipun demikian, imbuhnya, tidak jarang juga para ibu yang telah berusaha mencoba berbagai macam cara untuk meningkatkan produksi ASI. Di antaranya dengan mengkonsumsi daun katuk, jamu tradisional, obat pelancar ASI hingga terapi pijat.

Retnayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep mengungkapkan, ada lima faktor yang dapat meningkatkan produksi ASI. Di antaranya pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI eksklusif. “Sudah selayaknya ibu mengetahui dan paham tentang keunggulan ASI dibandingkan susu formula serta makanan tambahan lain bagi bayi,” ujarnya.

Kedua, mitos kepercayaan terhadap budaya seputar ibu menyusui yang dianut oleh masyarakat sekitar. Sehingga ibu ragu dan kurang yakin untuk menyusui bayinya. Dalam hal ini, diharapkan ibu tidak gampang percaya terhadap mitos-mitos yang berkembang di masyarakat tanpa adanya anjuran dokter atau penelitian terlebih dahulu.

“Masih sangat banyak mitos yang berkembang di masyarakat terkait menyusui, seperti menyusui merusak keindahan payudara, bayi akan tetap lapar jika tidak disuapi bubur, menyusui akan membuat anak semakin lengket dengan ibunya sehingga tidak mandiri,” tandasnya.

Ketiga, fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau dan memberikan pelayanan yang komprehensif termasuk akan sangat membantu ibu ketika membutuhkan pertolongan untuk mengatasi masalah selama periode menyusui. “Saat ini telah banyak diselenggarakan kelas laktasi yang mendukung konsultasi gratis bagi ibu-ibu yang ingin menyusui bayinya secara eksklusif,”ungkapnya.

Keempat, perlunya dukungan menyusui yang diberikan oleh keluarga. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan berupa informasi, emosional, finansial, dan instrumental. Salah satu bentuk dukungan nyata yang dapat diberikan oleh keluarga antara lain membantu dalam merawat bayi, menyediakan makanan yang bergizi bagi ibu, memberikan waktu kepada ibu untuk beristirahat. Kelima, perlunya usaha yang kuat dari seluruh elemen, baik ibu menyusui, keluarga, petugas kesehatan, dan masyarakat sekitar.

Penulis: Khefti Al Mawalia

Editor: Nuri Hermawan

Referensi :

https://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=512

Pradanie Retnayu, Nastiti Aria Aulia, Jihan Thaliah. 2019. Analysis of Factors Related to The Mother’s Behavior to Increase Breastmilk Production. Indian Journal of Public Health Research & Development, Volume : 10, Issue : 8

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).