Perekonomian Indonesia saat ini memiliki peringkat kekuatan ekonomi yang ke 8 di dunia. Di tahun 2050 perekonomian Indonesia diharapkan akan tumbuh dan berkembang hingga menjadi kekuatan ekonomi ranking ke 4 di dunia, yang saat ini ditempati oleh Jepang. Namun saat ini pasar saham Indonesia dikenal sebagai pasar saham yang rapuh dan berada pada nascent stage of development.
Pasar saham Indonesia atau biasa disebut dengan Bursa Efek Indenesia adalah pasar yang sedang berkembang dan masih sangat sedikit penelitian yang menjelaskan bagaimana mekanisme pembentukan harganya. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan data data unik dari 342 saham yang tercatat di pasar saham Indonesia guna mengetahui mekanisme pembentukan harga dan perilaku harga saham. Untuk melakukan pengujian mekanisme penemuan harga saham tersebut, penelitian ini menggunakan Indonesian Sectoral Stock Price Index dan Bloomberg Markit iTraxx Asia serta CDX high yield index.
Secara teori, harga spot saham dan resiko saham saling berhubungan secara jangka panjang. Artinya suatu harga saham dapat mempengaruhi harga saham lainnya. Hubungan inilah yang bisa memicu penemuan mekanisme harga saham. Intinya jika ada dua pasar saham bergerak bersama sama maka keduanya atau salah satunya akan mengoreksi ekuilibrium harga yang ada di pasar saham yang lain. Selanjutnya, penelitian yang pernah dilakukan Narayan, dan timnya di tahun 2016 menyimpulkan bahwa penemuan harga saham sangat berguna untuk memprediksi pendapatan dari suatu asset atau saham. Kemampuan untuk memprediksi harga ini tentu sangat dibutuhkan investor dalam menentukan strategi investasinya. Jelasnya, jika penemuan harga bisa ditentukan, misalnya di pasar saham A, maka pasar tersebut bisa dikatakan memiliki konten informasi. Hal ini dikarenakan pasar saham A dan berpotensi memberi kontribusi bagi pembentukan harga di, misalnya, pasar saham B. Dengan demikian, pasar saham A menjadi sumber informasi, dan investor dapat menggunakan konten informasi tersebut untuk memprediksi harga-harga saham di pasar saham B. Inilah yang disebut dengan mekanisme penemuan harga.
Data set yang digunakan dalam penelitian ini adalah daa periode 02 Januari 2008 sampai 20 April 2018, terdiri dari 342 perusahaan, yang dibagi dalam delapan sektor: umum, teknologi, material, industry, keuangan, energi, konsumsi dan komunikasi. Data harga-harga saham Indonesia didapat dari Bloomberg. Sedangkan proxy untuk credit market digunakan Bloomberg MIAI Index dan CDX HI Index. MIAI adalah indeks derivatif kredit untuk Asia dan terdiri dari 40 saham yang paling aktif dengan investment grade rating, sementara CDX HI index adalah North America index yang terdiri dari 100 saham yang memiliki high yield rating (dibawah BBB – ). Metode penelitian yang menggunakan metode Merton’s (1974) stuktural model dari resiko kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kredit berkontribusi terhadap penemuan harga di semua sektor. Hanya sektor konsumsi, keuangan dan industrial saja yang berkontribusi terhadap penemuan harga saham dalam credit risk market. Sementara itu MIAI lebih mempengaruhi (64% – 80%) pembentukan harga di pasar saham Indonesia dibanding CDX HI. Hal ini dimungkinkan karena pasar saham Indonesia lebih dekat diasosiasikan dengan MIAI yang merupakan Asian Index, dibandingkan dengan Nort America credit market.
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa perilaku harga di bursa efek Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh credit risk market. Implikasi temuan ini terhadap kebijakan yaitu faktor risiko kredit baik regional maupun global berpotensi memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi risiko premium saham-saham di Indonesia.
Penulis: Dr. NISFUL LAILA SE., M.Com.,
Artikel lengkap dapat dibaca di : https://doi.org/10.1016/j.econmod.2019.09.005
