UNAIR Gandeng Tujuh Pakar Kesehatan untuk Membahas Revolusi Industri Kesehatan 4.0

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Seminar Nasional bertajuk “Revolusi Industri Kesehatan 4.0” pada Selasa (12/11/2019). Bertempat di Aula Garuda Mukti Lantai 5 Kampus C UNAIR, UNAIR mengundang tujuh pakar dari berbagai instansi terkemuka di Indonesia.

Dalam kegiatan tersebut, seminar nasional dibagi menjadi tiga sesi. Hadir sebagai pembicara pada sesi pertama di antaranya adalah Wakil Rektor I UNAIR Prof. Dr. Djoko Santoso, Ph. D., Sp.Pd.K-Gh. Finasim, Kepala Pusat Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes., serta Staff Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi dr. Slamet, MHP.

Pada sesi kedua, hadir sebagai pembicara Dr. Dhany Arifianto, ST, MEng serta Dr. dr. Rahyussalim, SpOT(K). Adapun pada sesi ketiga, seminar diisi oleh CEO Prosehat Gregorius Bomantoro serta Ketua PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Dr. dr. Lia G. Partakusuma, Sp.PK, MM, MARS.

Seminar Nasional tersebut dibuka dengan tarian selamat datang berupa Tari Jejer Gandrung. Tari Jejer Gandrung sendiri merupakan tari tradisional Jawa Timur, tepatnya berasal dari Banyuwangi.

Dalam paparannya, Prof. Djoko Santoso Dr., Ph. D., Sp.Pd.K-Gh Finasim mengungkapkan bahwa revolusi industi 4.0 akan berdampak baik bagi dunia kesehatan. Menurutnya, industri 4.0 akan melaju secara pesat dan eksponensial.

“Diperkirakan bahwa sektor  kesehatan akan mendapatkan manfaat yang besar dari fusi antara sistem fisik, digital, dan biologis di era industri 4.0,” tuturnya.

Prof. Djoko menuturkan bahwa kolaborasi sangat dibutuhkan dalam sektor kesehatan. Penyedia layanan perawatan kesehatan harus bisa jauh lebih inovatif untuk merespon bisnis yang cepat berubah.

“Meskipun demikian, sejauh apapun lesatan inovasi, jangan pernah lupakan fokus utama kita pada manusia,” tegasnya.

Sementara itu, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes. menyampaikan bahwa ada tiga kebijakan satu data kesehatan. Antara lain adalah standarisasi, interoperabilitas, dan akuntabilitas.

Lebih lanjut, dr. Slamet, MHP menyampaikan bahwa ada beberapa tantangan pelayanan kesehatan. Di antaranya adalah cakupan kesehatan universal, keselamatan dan kualitas pelayanan serta aksesibilitas, ketersediaan, dan kesetaraan pelayanan.

“Teknologi ke depan akan terus berkembang, bahkan semakin maju dengan kecepatan yang tinggi sehingga hal tersebut harus dimanfaatkan seluas-luasnya,” tuturnya. (*)

Penulis : Sandi Prabowo

Editor    : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).