Meski Sepi Turis Asing, Peneliti Temukan Pasien HIV Resisten ARV di Bali Utara

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Illustration by Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Pada tahun 2017, Bali merupakan provinsi ke enam degan jumlah penderita HIV terbanyak di Indonesia. Menurut Ni Luh Ayu Megasari (Ni Luh), dua tempat dengan jumlah pasien HIV tertinggi di Bali adalah Denpasar di Bali Selatan dan Buleleng di Bali Utara.

“Kedua tempat tersebut karakteristiknya berbeda. Bali Selatan ramai di datangi turis asing sementara Bali Utara jarang, lebih banyak penduduk lokal,” ucap anggota tim peneliti HIV di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (UNAIR) tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, meskipun jarang didatangi turis asing, peneliti menemukan terdapat pasien HIV yang resisten terhadap obat antiretroviral (ARV) sebanyak 10%. Yaitu sebanyak empat dari empat puluh pasien ditemukan resisten.

Menurut WHO, angka 10% tersebut masih dikategorikan sedang. Sementara, jika sudah lebih dari 15% masuk pada kategori tinggi.

“Salah satu yang kita takutkan, semakin banyak pasien yang terinfeksi HIV, semakin banyak juga yang resisten,” lanjutnya.

Apabila pasien mengalami resistensi, maka obat yang diberikan tidak bisa bekerja secara maksimal. Sehingga, virus yang semestinya dapat ditekan jumlahnya akan kembali menjadi banyak. Akibatnya, kondisi pasien dapat cepat memburuk dan bisa menjadi aids.

Tidak hanya melakukan penelitian, setelah melakukan tes dan pemeriksaan pada pasien HIV dan ditemukan 10% pasien resisten, tindak lanjut yang dilakukan oleh tim peneliti adalah memberikan hasil pemeriksaan kepada dokter yang menangani pasien tersebut. Harapannya, dokter bisa memberikan obat ARV yang lebih sesuai dengan pasien agar pengobatan menjadi lebih efektif.

Selain tes resistensi, terdapat jenis tes lain untuk pasien HIV. Seperti tes CD4 dan viral load. Tes CD4 merupakan jenis tes yang digunakan untuk pemeriksaan imun pasien. Tes viral load digunakan untuk memeriksa jumlah virus pada darah. Dan tes resistensi digunakan untuk melihat resistensi pasien terhadap obat arv.

“Karena di Indonesia tes resistensi dan viral load cukup mahal, pasien biasanya melakukan pemeriksaan CD4 karena harganya yang lebih terjangkau,” terang Ni Luh.

Setelah dilakukannya penelitian, Ni Luh berharap dapat membuka wawasan masyarakat bahwa pemeriksaan terkait HIV terutama pemeriksaan resistensi merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Sehingga, apabila memungkinkan diharapkan pasien tidak hanya melakukan tes CD4 namun juga tes resistensi agar obat yang diberikan menjadi benar-benar efektif.

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Khefti Al Mawalia

Reference : Megasari, N. L. A. et al., 2019. Genotypic Characterization of Human Immunodeficiency Virus Type 1 Isolated from Antiretroviral Treatment-Experienced Individuals in Buleleng Regency, Bali, Indonesia. AIDS Research and Human Retroviruses, pp. 1-15.

https://www.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/aid.2019.0058

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).