Kondisi Pemira KM, Sebelum Pemilihan Berlangsung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tim Pemira KM Banyuwangi

UNAIR NEWS – Pemilihan Raya (PEMIRA) merupakan salah satu pesta demokrasi yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat kampus. Tentu saja, hal tersebut terjadijuga dalam PEMIRA Keluarga Mahasiswa (KM) PSDKU UNAIR di Banyuwangi yang berlangsung pada tanggal 11 November kemarin.

Sebelum pelaksanaan PEMIRA KM berlangsung, kondisi mahasiswa kampus sendiri sangat memanas. Namun hal itu merupakan hal yang wajar terjadi dalam dunia demokrasi. Pada saat ditemui UNAIR NEWS, Mochamad Rizky Pratista, selaku ketua Panitia Seleksi (pansel), mengaku agak berat menjadi pansel. Pasalnya, beliau harus bersikap netral ketika masa kampanye berlangsung.

“Mungkin untuk kondisi sebelum pemira yang agak panas, emang pada saat masa kampanye. Tapi hal tersebut memang wajar terjadi. Pada masa-masa itu emang paling berat bagi pansel untuk menempatkan diri ketika kondisi sedang panas-panasnya pada saat pemira. Khawatirnya, ketika kita sendiri salah tegur atau salah tangkap maksud yang ingin dibicarakan oleh orang lain, takutnya akan menimbulkan disinformasi,” ujarnya.

Hal tersebut dapat dilihat pula dari antusiasme masyarakat kampus sendiri. Menurut Rizky, sapaan akrabnya, antusiasme masyarakat kampus cukup baik. Terlihat ketika pada saat uji publik berlangsung Kamis pekan lalu (7/11), tingkat dari masyarakat kampus cukup tinggi. Disamping itu, pada tahun ini hanya terdapat dua pasangan calon, sehingga pergerakan masyarakat kampus dapat terlihat.

“Kalau dilihat dari antusiasmenya masyarakat kampus sendiri sudah sangat tinggi karena mungkin yang pertama hanya dua calon. Sehingga, polarisasinya sedikit banyak sangat terlihat. Kemudian, untuk yang kedua bisa terlihat saat uji publik kemarin. Walaupun gak banyak yang hadir, tapi terlihat cukup tinggi untuk tingkat partisipasinya, apalagi dari angkatan 2019,” tambahnya.

Rizky mengaku, target suara dari pansel sendiri hanya sekitar 75% untuk masyarakat kampus PSDKU UNAIR Banyuwangi. Menurutnya, pemira di tingkat kampus sendiri cukup berat. Dalam artian, belum tentu mahasiswa/i yang tidak ada jadwal perkuliah bersemangat untuk datang ke kampus hanya untuk melakukan pencoblosan. Kebanyakan dari mereka malas untuk datang ke kampus ketika tidak ada jadwal perkuliahan.

Pada akhir wawancara, Rizky berharap pasca kegiatan pemira tidak ada konflik yang berlangsung. Siapa pun pemenangnya, dapat diterima dengan lapang dada. Selain itu, siapaun yang terpilih dapat mewujudkan visi misinya pada saat kampanye dan uji publik.

“Harapannya pasca pemira tentu tidak ada konflik. Siapapun yang menang bisa diterima lapang dada. Kemudian, pemira ini ibaratnya bisa dijadikan batu loncatan untuk mengembangkan rasa demokrasi di masing-masing mahasiswa. Semoga ke depannya, siapa pun yang terpilih, bisa mewujudkan visi misinya. Jadi tidak hanya sekedar ngomong manis pada saat kampanye dan pada saat uji publik,” tutupnya.

Penulis: Nadiyah Rahmasari

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).