Pakar UNAIR: Perawat Indonesia Harus Tanggap dalam Bencana

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria Rifa'i

UNAIR NEWS – Membangun resiliensi atau ketahanan dan meminimalkan kerugian setelah bencana alam adalah prioritas pemerintah di seluruh dunia. Mengingat bencana dapat terjadi kapan saja tanpa prediksi. Upaya dalam menangani bencana harus menjadi tanggung jawab bersama. Baik lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat.

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah strategi manajemen bencana, dari menekankan respons darurat dan kesiapsiagaan menjadi kesiapan manajemen bencana. Salah satunya adalah kesiapan dalam penyediaan layanan kesehatan, terutama perawat.

Mengenai hal itu, Dosen FKp Universitas Airlangga Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD menjelaskan bahwa sumber daya manusia untuk pelayanan kesehatan merupakan elemen penting di Indonesia. Terutama untuk perawat profesional. Perawat, tandasnya, memainkan peran penting dalam kesiapsiagaan bencana seperti mendidik masyarakat untuk mengurangi kerentanan bencana dan bekerja dalam situasi bencana.

“Jadi, ketika terjadi bencana, perawat perlu memiliki keterampilan yang memadai terkait dengan kesiapsiagaan bencana dan manajemen bencana. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian untuk menjelaskan persepsi perawat tentang pengetahuan, keterampilan, dan kesiapan mereka dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi di Indonesia,” jelasnya.

Selanjutnya, Ferry sapaan akrabnya, penelitian yang ia lakukan dan tim merupakan penelitian survei cross-sectional terhadap perawat yang bekerja di seluruh Indonesia. Peserta potensial direkrut dari media sosial dan setiap grup daring yang terkait dengan perawat Indonesia selama empat bulan. Hasil penelitian yang dilakukan, menemukan bahwa perawat di Indonesia tidak sepenuhnya siap untuk menangani situasi bencana nyata karena sebagian besar belum melakukan tugas di bawah kondisi ekstrem ini.

“Tidak ada program perencanaan bencana yang telah disetujui oleh pusat layanan medis di tingkat primer dan rumah sakit, meskipun sebagian besar perawat menerima pelatihan tentang manajemen bencana,” ungkapnya.

Pada aspek respon kesiapsiagaan, sambung Ferry, perawat di Indonesia belum sepenuhnya memahami perannya selama fase kesiapsiagaan bencana, organisasi koordinasi, dan kurang percaya diri dalam kemampuan menangani pasien yang mengalami trauma fisik dan emosional. Hal tersebut, tandasnya, disebabkan oleh konflik kepentingan di tempat kerja, frekuensi terbatasnya pelatihan dalam tanggap bencana dan kesiapan yang diberikan oleh rumah sakit dan lembaga pendidikan.

“Juga, metode dan sumber pengajaran manajemen bencana tidak cukup terkait dengan situasi bencana yang sebenarnya,” tuturnya.

Pada akhir, ia menegaskan bahwa diperlukan upaya untuk memperkuat respons dan kesiapsiagaan bencana yang melibatkan partisipasi dari banyak sektor program sistematis, terencana, dan berpengalaman. Upaya tersebut, lanjutnya, memberikan pengalaman dan wawasan tentang manajemen bencana dan dapat memperkuat kepercayaan diri perawat dalam menghadapi bencana dan memberikan dukungan dalam situasi bencana.

Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Khefti Al Mawalia

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S100812751830124X

Martono, M., Satino, S., Nursalam, N., Efendi, F., & Bushy, A. (2019). Indonesian nurses’ perception of disaster management preparedness. Chinese journal of traumatology22(1), 41-46.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).